jam terus mencuri detik nafasku
tak ada panggilan mengusir kegelapan
laut menghitam...
pandai sekali kau curi warna leluhurku
mengiringiku ke laut yang penuh bangkai bunga
kupinjamkan nafas malam untuk membungkam sungai kecil
yang melukai kedua mataku
darah hitam tak menjelaskan perjalanan musim
tarian luka itu
serahkan pada gelap
inikah yang mampu kau tawarkan?
dari tumpukan huruf yang menjajah otak
cairan itu membungkam mulut
seperti lukisan-lukisan kecil yang melukai dinding batu
matahari jadi penuh lengkung
mengupas perjalanan yang ku pinjam
kadang permainan ini tak menemukan arah...
-ch-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar