BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pengajaran merupakan upaya guru
secara konkret dilakukan untuk menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap
oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa
tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan
menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari
siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat
pembantu untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar.
Sedangkan penilain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah
mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test,
tetapi juga harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Tehnik ini
berguna untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang
tidak dapat diukur dengan alat tes. Penggunaan tehnik ini dalam evaluasi
pembelajaran terutama karena banyak aspek kemampuan siswa yang sulit diukur
secara kuantitatif dan mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini adalah
perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan
lain-lain. Menurut Hasyim (1997;9) ”penilaian non test adalah
penilaian yang mengukur kemampuan siswa-siswa secara langsung dengan tugastugas
yang riil”. Adapun menurut Sudjana (1986;67), kelebihan non test dari
test adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai
berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek
kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat
proses pelajaran berlangsung.
Saat ini penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar
masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes
dalam menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa
terukur secara “realtime” dengan hanya menggunakan test, seperti pada
mata pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat
diberi pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka
tanpa busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan
tulis ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan
menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya
dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan
diatas, maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan
instrument nontes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang
valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar
atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes
setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.
I.II Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Apa saja jenis-jenis instrument teknik non tes itu?
2. Bagaimana cara pengembangan instrumen teknik non tes?
I.III Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah
yang diajukan, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menyajikan jenis-jenis teknik non tes
2. Menyusun cara pengembangan instrumen teknik nontes
BAB
II
PEMBAHASAN
II.I
Pengertian Teknik Non-Tes
Teknik
nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai
karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang
digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya
kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya
aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan
guru pada saat menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Seiring dengan
berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik penilaian harus disesuaikan
dengan hal-hal sebagai berikut.
a.
kompetensi
yang diukur;
b.
aspek yang
akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap);
c.
kemampuan
siswa yang akan diukur;
d.
sarana dan
prasarana yang ada.
II.II
Jenis-Jenis Teknik Non Tes
Hasil belajar dan
proses balajar tidak hanya dinilai dengan tes, baik melalui bentuk soal tes
obyektif maupun tes subyektif, tetapi juga dapat dinilai oleh teknik dan alat
penilaian bukan tes atau non-tes. Teknis non-tes ini digunakan untuk menilai
aspek-aspek pada diri siswa yang sulit atau tidak dapat diukur dengan angka
misalnya : menilai sikap, minat, kerajinan, hubungan sosial dan sebagainya.
Teknik non-tes dilaksanakan melalui wawancara, obsevasi, angket/kuesioner dan
studi kasus, adapun alat yang dapat digunakan adalah pedoman observasi, pedoman
wawancara, angket, catatan anekdot, inventory, sosiometri, skala penilaian,
skala sikap, buku pribadi, buku laporan pendidikan. Pelaksanaan wawancara, observasi,
angket, dan studi kasus dapat mempergunakan satu atau lebih alat penilaian dari
sepuluh yang ada, disesuaikan dengan kebutuhan penilaian.
- Pengamatan atau observasi
Observasi,
merupakan kegiatan penilaian non-tes yang dilaksanakan melalui pengamatan/mengamati
prilaku siswa atau proses terjadinya suatu kegiatan, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan dan tidak dapat diukur dengan angka. Pengamatan atau
observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku
individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi
untuk tujuan ini pencatatannya lebih sukar daripada mencatat jawaban yang
diberikan peserta tes terhadap pertanyaan yang diberikan dalam suatu tes,
karena respon observasi adalah tingkah laku yang prosesnya berlangsung cepat.
Contoh observasi untuk tujuan evaluasi adalah observasi untuk menilai atau
mengukur hasil belajar melalui pengamatan tingkah laku siswa pada saat guru
mengajar, misalnya: aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi, partisipasi siswa
dalam simulasi, sikap siswa saat belajar di kelas, aktivitas siswa dalam
kegiatan kelompok dan sebagainya.
a. Jenis-jenis Observasi
Menurut
cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1)
Observasi partisipatif (participant
observation) dan non-partisipatif (non-participant observation). Observasi
partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi/pengamat
(observer) ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya.
Sedangkan observasi non-partisipatif, observer tidak mengambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis”
seolah-olah sebagai penonton belaka.
2)
Observasi sistematis dan
observasi non-sitematis. Observasi sistematis adalah pengamatan
yang terlebih dahulu direncanakan segala sesuatunya dengan teliti (observer sudah mengatur struktur yang berisi kategori atau
kriteria, dan masalah yang akan diamati) sampai bagaimana pengguna hasil
pengamatan. Sedangkan observasi non-sistematis yaitu
apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati (pengamatan
yang tidak direncanakan dengan baik).
Contoh
observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam
bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat
kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan,
kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori
itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
3) Observasi Experimental dan observasi non-experimental. Observasi
eksperimental adalah pengamatan yang terlibih dahulu dibuat sisi
dengan sengaja diciptakan (situasi buatan) untuk memmenuhi kebutuhan penilaian
(observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif
tetapi sistematis). Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan,
gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Sedangkan
observasi non-eksperimental adalah observasi yang dilakukan dalam situasi yang
wajar. Pada observasi eksperimental, tingkah laku diharapkan muncul karena
peserta didik dikenai perlakuan, maka observer perlu persiapan yang benar-benar
matang, sedangkan pada observasi noneksperimental pelaksanaannya lebih
sederhana.
Sebagai alat evaluasi, tujuan observasi yaitu:
1) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
2) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
3) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa
kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja
kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data
b. Sifat Observasi
Observasi
yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1. Hanya
dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
2.
Direncanakan secara sistematis
3. Hasilnya
dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4. Dapat
diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya
c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Kelebihan Observasi, antara lain:
1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan
terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang
diperoleh dari tehnik lain, misalnya wawancara atau angket.
4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak
langsung memegang peran.
Kelemahan
Observasi, antara lain:
1. Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag
yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan
kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati
anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya
gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi
dirahasiakan.
2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang
diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer
merasa senang.
3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat
dapat dikontrol sebelumya.
d. Langkah-langkah menyusun observasi:
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan observasi
6. Menyusun alat penilaian
2.
Wawancara
Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab baik secara lisan, sepihak,
berhadapan muka, maupun dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
a.
Jenis-jenis Wawancara
1) Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering
dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau
wawancara sistematis (Systematic Interview) dimana pewawancara
telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk
menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
2) Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering
dikenal dengan istilah wawancara sederhana (Simple Interview) atau
wawancara tidak sistematis (Non- Systematic Interview), atau
wawancara bebas, yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan
jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan
oleh pewawancara.
Keberhasilan wawancara sebagai alat
penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
a. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal
ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang
diwawancarai.
b. Keterampilan pewawancara. Keterampilan pewawancara sangat besar
pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih
diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
c. Pedoman wawancara. Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi
oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus
membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan
diajukan.
b.
Kelebihan dan Kelemahan Wawancara
Kelebihan
wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini
tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya.
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi. Data
tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan
dengan observasi dan angket.
4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si
pewawancara dengan objek.
Sedangkan
Kelemahan wawancara:
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan
individu yang diwawancarai.
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar
pelaksaan wawancara.
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari
pewawancara.
4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi
hasil wawancara.
c.
Langkah-langkah penyusunan wawancara :
1. Perumusan tujuan
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3. Penyusunan kisi-kisi
4. Penyusunan pedoman wawancara
5. Lembaran penilaian
d.
Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara:
- Guru yang akan mengadakan
wawancara harus mempunyai background tentang apa yang akan
ditanyakan.
3. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud
wawancara tersebut.
4. Harus menjaga hubungan yang baik.
5. Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya.
6. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan
kalimatnya jelas.
7. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.
8. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi
sumber data.
9. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
10. Guru harus mengobrol dalam wawancara.
11. Batasi waktu wawancara.
12. Hindari penonjolan aku dari guru
Contoh
wawancara:
“Bagaimana
cara kamu menghitung luas dari gambar trapezium ini? ”
“Mengapa
kamu menggunakan cara tersebut?”
“Dari mana
kamu mengetahui cara tersebut?”
3.
Angket (kuesioner)
Angket/kuesioner, merupakan kegiatan
penilaian non-tes yang dilaksanakan melalui pemberian serangkaian pertanyaan
atau pernyataan secara tertulis. Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar
pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang
sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga
siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran, media,
dan lain- lain. Angket umumnya dipergunakan
pada ranah afektif.
- Jenis-jenis
Angket (Kuesioner)
Ø Ditinjau
dari segi yang
memberikan jawaban:
1)
Angket Langsung, apabila
angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan
2)
Angket Tak Langsung, angket diberikan
kepada orang/siswa lain untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain.
Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
Ø Ditinjau dari segi cara menjawab:
1)
Angket tertutup adalah
daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan
tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
2)
Angket terbuka adalah daftar
pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya
secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Ø Ditinjau dari strukturnya:
1)
Angket berstuktur adalah
angket yang bersifat tegas dan jelas dengan model pertanyan yang terbatas,
singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
2)
Angket tidak berstruktur
adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas.
Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan- penjelasan, alasan-alasan
terbuka.
b.
Kelebihan dan Kelemahan Angket
Kelebihan angket antara
lain:
1.
Dengan angket kita dapat
memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu
yang sigkat.
2.
Setiap anak dapat memperoleh
sejumlah pertanyaan yang sama.
3.
Dengan angket anak pengaruh
subjektif dari guru dapat dihindarkan.
Kelemahan angket, antara
lain:
1.
Pertanyaan yang diberikan
melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas
maka sulit untuk diterangkan kembali.
2.
Kadang-kadang pertanyaan
yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan
tidak diawasi secara mendetail.
3.
Ada kemungkinan angket yang
diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang
perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali
angketnya.
c.
Langkah-Langkah Menyusun Angket
1.
Merumuskan tujuan
2.
Merumuskan kegiatan
3.
Menyusun langkah-langkah
4.
Menyusun kisi-kisi
5.
Menyusun panduan angket
6.
Menyusun alat penilaian
4. Penugasan
Penilaian dengan penugasan adalah suatu
teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di
luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan
secara individual atau kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas
atau proyek.
Ø Tugas
Tugas adalah kegiatan
yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas, misalnya
tugas membuat cerita tentang matematikawan, menulis puisi matematika, mengamati
suatu obyek, dan lain-lain. Hasil pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil
karya, seperti: karya puisi, cerita; bisa pula berupa laporan, seperti: laporan
pengamatan.
Pelaksanaan pemberian
tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.
Banyaknya tugas setiap mata pelajaran
diusahakan agar tidak memberatkan siswa karena memerlukan waktu untuk
istirahat, bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman,
dan lingkungan sosial lainnya.
2.
Jenis dan materi pemberian tugas harus
didasarkan kepada tujuan pemberian tugas yaitu untuk melatih siswa menerapkan
atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya.
Materi tugas dipilih yang esensial sehingga siswa dapat mengembangkan
keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan,
dan lingkungannya.
3.
Diupayakan pemberian tugas dapat
mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.
Ø Proyek
Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan
kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu.
Contoh
proyek antara lain: melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
percobaan foto sintesis tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi
pohon dan lebar sungai menggunakan klinometer.
Contoh
keterampilan yang dinilai dalam pelaksanaan suatu proyek.
1.
Tahap Persiapan : kemampuan membuat
perencanaan, merancang kegiatan, dan mengembangkan suatu ide.
2.
Tahap Produksi : kemampuan memilih dan
menggunakan bahan, peralatan, dan langkah-langkah kerja.
3.
Tahap Pelaporan : kemampuan melaporkan
hasil pelaksanaan proyek, kendala yang dihadapi, kelengkapan dan keruntutan
laporan.
5. Studi Kasus
Studi
kasus, pada dasarnya studi kasus dilakukan dalam rangka memberikan penilaian
pada seseorang individu/siswa yang dipandang/diduga “mengalami kesulitan”,
dipelajari dengan tujuan untuk memberikan bantuan dalam “penyembuhan” misalnya:
anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal belajar
anak yang nakal. Anak/siswa yang seperti tersebut diatas dikatakan mengalami
suatu kasus tertentu. Kasus-kasus dipelajari secara mendalam dan dalam kurun
waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variabel yang
menyebabkan terjadinya kasus dan dari berbagai aspek yang mempengaruhinya.
Untuk menyelesaikan persoalan/kasus, perlu
dicari dan dikumpulkan data yang berkenaan dengan kegiatan individu/siswa pada
masa lalu dan sekarang serta lingkungan yang mempengaruhinya. Data diperoleh dari
berbagai sumber, seperti orang tuanya, teman dekatnya, gurunya dan dirinya
sendiri. Teknik memperoleh data bisa dilakukan dengan barbagai cara, misalnya
obsevasi, wawancara, anlisis dokumenter, kunjungan rumah, mempelajari daftar
diri, buku raport dan sebagainya.
a.
Kelebihan
dan Kelemahan Studi Kasus
Kelebihan studi kasus adalah suatu
subyek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh, dan kelemahannya sesuai
dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif,
artinya hanya berlaku untuk individu/siswa yang bersangkutan dan belum tentu
dapat dipakai untuk kasus yang sama pada individu/siswa yang berbeda.
b.
Langkah-Langkah
Penyusunan Studi Kasus
1. Menemukan/mengenali
siswa sebagai kasus,
2. Menetapkan
jenis masalah yang dihadapi individu/siswa,
3. Mengumpulkan
data atau bukti untuk meyakinkan kebenaran yang dihadapi individu/siswa melalui
analisis hasil belajar,
4. Mengamati
prilakunya,
5. Bertanya
pada kawan sekelasnya,
6. Mencari
faktor penyebab,
7. Menentukan
alternatif bantuan,
8. Terakhir
mengamati perubahan prilaku individu/siswa dan merencanakan langkah tindak
lanjut.
II.III Alat Penilaian Teknik
Non-Tes
Pedoman observasi, merupakan alat yang harus
ada pada saat pengamat akan melakukan pengamatan/observasi, pedoman ini dapat
berbentuk bebas (tidak perlu ada
jawaban), apabila menggunakan pedoman yang terstuktur, tetapkan kemungkinan
jawaban serta indikator-indikator yang harus diamati agar dapat dijadikan penggangan
bagi pengamat pada saat melakukan pengamatan/observasi.
Pedoman
wawancara, merupakan alat yang harus ada pada saat berlangsung percakapan
antara pewawancara dengan yang diwawancara. Pedoman ini bisa berbentuk bebas
dan berstruktur, bentuk bebas yaitu pedoman yang tidak disertaidengan
kemungkinan jawaban sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya, kelebihannya
ialah informasi lebih padat dan lengkap, pewawancara harus berkerja keras dalam
menganalisis jawaban siswa yang beraneka ragam.
Angket/Kuesioner,
merupakan alat tertulis penilaian non-tes yang berupa serangkaian
pertanyaan/pernyataan yang harus dijawab responden. Kelebihan kuesioner adalah
ialah sifatnya yang praktis, hemat, waktu, tenaga, dan biaya. Cara penyampaian
kuesiner dapat langsung disampaikan kepada yang bersangkutan ataun disampaikan
melalui pihak lain (Via pos). bentuk kuesioner ada macamnya, yaitu : kuesioner terbuka dan berstruktur, penjelasannya hampir
sama dengan bentuk pedoman wawancara.
Catatan anekdot, merupakan alat
penilaian yang dapat digunakan saat guru melakukan observasi. Guru bisa
mencatat apa ssja mengenai siswa yang sedang ada pengamatannya, cacatan ini
dilaksanakan dengan tidak formal, lebih bersifat melengkapai data/informasi
yang telah ada. Terdapat dua bentuk anekdot, yaitu catatan anekdot deskripsi,
mencatat apa adanya yang diamati dan acatatan anekdot interpretative, catatan
yang kemudian diberikan tafsiran/ interpretasi oleh yang mengamati.
Inventory, atau dapat juga disebut
inventaris, sebagai alat penilaian non-tes, merupakan suatu daftar yang
lengkap, yang merupakan iventarisasi keterangan-keterangan yang diperlukan
mengenai siswa, untuk keperluan ini disusun sebuah daftar yang harus diisi oleh
siswa isi daftar ini antara lain sosiometri, sosiometri tidak dipergunakan
untuk memperoleh data mengenai siswa sebagai individu, tetapi untuk memperoleh
data yang menggambarkan mengenai hubungan social diantara siswa dalam satu
kelas. Dengan teknik sosiometri dapat diketahui
misalnya siswa yang terisolasisiswa yang paling disenangi oleh
teman-temannya, siswa yang akrab dengan beberapa temanya saja dan sebagainya.
Skala penilaian, skala yang
digunakan untuk mengukur sikap seseorang/siswa terhadap objek, peristiwa atau
nilai/value tertentu. Hasilnya berupa katagori sikap yaitu mendukung (positif),
menolak (negatif) netral. Sikap pada
hakikatnya adalah kecenderungan berprilaku pada seseorang. Sikap juga dapat
diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya.
Ada
tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi berekanaan
dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya.
Afeksi berkenanaan dengan perasaan dalam menanggapi objek/stimulus tersebut.
sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu , misalnya sikap
siswa terhadap mata pelajaran, sikap siswa terhadap kinerja guru, sikap siswa
terhadap kegiatan ektra kulikuler dan sebagainya.
Skala
sikap dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernytaan
itu didukung atau ditolaknya melalui
rentannya nilai tertentu, dua katagori pernyataan yaitu, penytaan positif dan
pernyataan negtaif, skor untuk pernyataan positif berbalik untuk skor
pernyataan negtaif. Contoh :
Pernyataan
sikap
|
Sangat
setuju
|
Setuju
|
Tidak
punya pilihan
|
Tidak
setuju
|
Sangat
tidak setuju
|
Pernyataan
positif
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Pernyataan
negatif
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Buku pribadi, buku pribadi
cummulaitive Record, merupakn buku yang berisi catatan-catatan keterangan yang
lengkap mengenai seseorang siswa. Ini merupkan kumpulan keterangan untuk
seorang siwa yang himpun sejak ia masuk sekolah. Isi buku pribadi antar lain
adalah keterangan pribadi (nama tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, tempat
tinggal, nama dan pekerjaan orang tua, tanggal masuk sekolah), keterangan
akademik (raport, hasl tes intelagasi, hasil kegiatan ektrakulikuler, prestasi
yang pernanh diraih, hasil tes dan bakat minat), keterangan keluarga (pekerjaan
orang tua, jumlah,saudara, pendidikan oaring tua, status sosial keluarga,
keadaan lingkungan dan suasana keluarga), keterangan lain-lain (hasil
observasi, wawancra, kunjungan rumah, hasil sosiometri, hasil pemekrisaan
kesehatan dan lain-lain.
Raport,
buku laporan pendidikan, merupakan alat penilaian non-tes yang berisi mengenai
hasil dan kemajuan hasil prestasi belajar siswa yang harus diketahui orangtua
dan berfungsi juga sebagai data dokumentasi, yang sewaktu-waktu bisa
dipergunakan.
Penyetoran tes lisan, penyetoran tes
lisan sama dengan penyetoran tes uraian, namun dalam tes lisan, penyetorannya
dapat dilakukan lebih akurat karena ada kesempatan untuk melakukan pengecekan
jawaban testi, agar penyetoran dalam tes lisan dapat dilakukan secara cermat,
perhatikan hal-hal berikut : gunakan pedoman penyetoran, penyetoran dilakukan
segera setelah testi selesai menjawab setiap pernyataan/soal, peneyetoran
semata-mata diberikan pada mutu jawaban testi.
Contoh Pedoman Penyetoran Tes Lisan.
Bidang studi :……………………………
Nama Testi : …………………………..
Kelas :……………………………...
Tanggal :……………………………..
No
|
Pokok
Pertanyaan
|
Pokok
jawaban yang diharapkan
|
Pokok
jawaban testi
|
Skor
|
Keterangan
|
|
|
|
|
|
|
Penyetoran
hasil tindakan, penyetoran tes tindakan didasarkan pada sejumlah mana
keterampilan dan ketepatan testi meragakan tindakan/kegiatan sesuai dengan
petunjuk/soal. Penguji harus memiliki jawaban operasional mengenai keterampilan
yang diharapkan para penguji harus mengetahui pola penampilan yang seharusnya.
Hal-hal yang dapat dijadikan acuan dalam pemberian skor adalah kecepatan
penampilan, ketepatan cara melakukan, ketelitian keterampilan menggunakan alat,
kesesuaian dengan petunjuk/intruksi. Dalam proses penyetoran, sebaiknya
menggunakan pedoman pengamatan (pedoman penyetoran), skor akhir sama
dengan rata-rata skor setiap pengamat
(apabila pengamat/penguji lebih dari satu orang).
Contoh Pedoman Pengamatan Tes
Tindakan
Bidang Studi :……………….
Nama Testi :……………….
Kelas :……………….
Tanggal : ……………….
No
|
Aspek
prilaku yang diamati
|
Skor
|
Keterangan
|
|
|
|
|
PENGOLAHAN SKOR
Pengolahan skor
dimaksudkan untuk batas lulus dan mengubah skor mentah menjadi skor matang/
terjabar.
Langkah- langkah
pengolahan skor adalah sebagai berikut :
·
Mengumpulkan/ memiliki
data hasil tes/ skor mentah ; menghitung rata- rata kelompok dan standar devisi (SD) ; menetapkan batas
lulusan aktual dan (atau) ideal ; menghitung skor mentah menjadi skor matang /
terjabar ke dalam skala 1-10, skala 10-100.
Cummulative Percentile rank (CPR) dan Percentile Rank (PR)
Berikut akan disajikan
teknik-teknik dan contoh pengolahan skor :
1. Untuk
data yang tidak di kelompokan (Jumlah testi kurang dari 30 orang).