Prinsip
Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
![]() |
Dosen
: Salati Asmahasanah,
M. Pd
Disusun
oleh :
Putri Wulansari P. ( 0371 12 154 )
V/J
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PAKUAN
BOGOR
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kekhadirat Allah SWT, sebab berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Judul makalah yang akan kami bahas
yaitu “Prinsip Dasar Pembelajaran
Bahasa Indonesia”.
Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Salati Asmahasanah, M. Pd selaku dosen
mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar di Universitas Pakuan
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Kepada para pembaca kami ucapkan selamat membaca.
Manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih memerlukan banyak sekali perbaikan. Kami berharap kepada para pembaca
dapat memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk bisa menyelesaikan
tugas selanjutnya agar lebih baik lagi.
Bogor, Oktober
2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………... i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………. ii
BAB
I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
I.I Latar Belakang……………………………………………………….. 1
I.II Rumusan Masalah…………………………………………………..... 1
I.III
Tujuan………………………………………………………………... 1
BAB
II PEMBAHASAN………………………………………………………….. 3
II.I Prinsip-Prinsip Pengembangan Pembelajaran
Bahasa Indonesia……. 3
II.II
Contoh Implementasi
Prinsip-Prinsip Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD……………………………………………. 5
II.III Landasan Pembelajaran Bahasa Indonesia……………………….. 7
BAB III KESIMPULAN …..……………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 12
BAB
I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Dalam Undang-Undang tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional, pasal 1 ayat (1) dan (2), dikemukakan bahwa “(1) pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara; dan (2) pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan pancasila dan undang-undang tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman”.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran tentu
memiliki berbagai prinsip pembelajaran yang merupakan panduan dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tertulis serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil kesastraan Indonesia.
I.II Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan pembelajaran?
2.
Sebutkan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia!
3.
Sebutkan landasan-landasan
pembelajaran Bahasa Indonesia!
I.III Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian dari pembelajaran.
2.
Menjelaskan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran Bahasa
Indonesia.
3. Menjelaskan
landasan-landasan pembelajaran Bahasa
Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.I Prinsip-Prinsip Pengembangan Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mengacu
pada wawasan pembelajaran yang dilandasi berbagai prinsip. Prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia
terdiri dari prinsip humanisme, prinsip progresivme, dan prinsip rekonstruksionisme.
A.
Prinsip
Humanisme
Prinsip humanisme ini terdiri dari beberapa wawasan,
diantaranya sebagai berikut:
1.
Manusia
secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami sesuatu.
Implikasi wawasan ini terhadap kegiatan pengajaran bahasa Indonesia
yaitu guru bukan merupakan satu-satunya sumber informasi, siswa disikapi
sebagai subyek belajar yang secara kreatif mampu menemukan pemahaman sendiri, dan
dalam proses belajar mengajar guru lebih banyak bertindak sebagai model, teman
pendamping, pemotivasi, fasilitator, dan aktor yang juga bertindak sebagai
pebelajar.
2.
Perilaku
manusia dilandasi motif dan minat tertentu.
Implikasi dari wawasan ini dalam kegiatan pengajaran bahasa
Indonesia yaitu isi pembelajaran harus memiliki kegunaan bagi pebelajar secara
aktual, dalam kegiatan belajarnya siswa harus menyadari manfaat penguasaan isi
pembelajaran bagi kehidupannya, dan isi pembelajaran harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan, pengalaman, dan pengetahuan pelajar.
3.
Manusia
selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.
Implikasi wawasan ini dalam
kegiatan pengajaran bahasa Indonesia yaitu layanan pembelajaran selain bersifat klasikal
dan kelompok juga bersifat individual, pebelajar selain ada yang dapat
menguasai materi pembelajaran secara cepat juga ada yang menguasai isi
pembelajaran secara lambat, dan pelajar perlu disikapi sebagai subyek yang
unik, baik menyangkut proses merasa, berpikir, dan karakteristik individual
sebagai hasil bentukan lingkungan keluarga, teman bermain, maupun lingkungan
kehidupan sosial masyarakatnya.
B.
Prinsip
Progresivisme
Prinsip progresivisme
memiliki wawasan bahwa:
1. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan
tidak bersifat mekanistis tetapi memerlukan daya kreativitas.
Pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan melalui kreativitas ini berkembang secara
berkesinambungan. Pemahaman kosa kata misalnya, akan membentuk
keterampilan menyusun kalimat. Begitu juga kemampuan membaca dan menulis
dibentuk oleh kemampuan memahami kosakata dan keterampilan menyusun kalimat.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut diperoleh secara utuh dan
berkesinambungan apabila dalam proses pembelajarannya siswa secara kreatif
melakukan pemaknaan kosakata, berlatih menyusun kalimat, melakukan kegiatan
membaca, dan berlatih mengarang secara langsung. Selain itu, topik atau isi
pembelajaran yang satu dengan yang lain harus memiliki hubungan dan secara
potensial harus dapat dibentuk sebagai suatu keutuhan.
2. Dalam proses belajarnya siswa seringkali
dihadapkan pada masalah yang memerlukan pemecahan secara baru.
Dalam memecahkan masalah, siswa perlu menyaring dan menyusun
ulang pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya secara hipotesis. Dalam hal
ini terjadi cara berpikir yang terkait dengan metakognisi. Metakognisi adalah penghubungan suatu
pengetahuan dengan pengalaman atau pengetahuan lain melalui proses berpikir
untuk mehasilkan sesuatu (Marzano, 1992).
C. Prinsip Konstruksionisme
Prinsip
konstruksionisme menganggap bahwa proses
belajar disikapi sebagai kreativitas dalam menata serta menghubungkan
pengalaman dan pengetahuan hingga membentuk suatu keutuhan. Dalam
tindak kreatif tersebut murid pada dasarnya merupakan subyek pemberi makna.
Kesalahan sebagai bagian dari kegiatan belajar justru dapat membuahkan pengalaman
dan pengetahuan baru.
Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak
“menggurui” melainkan secara adaptip berusaha memahami jalan pikiran murid
untuk kemudian menampilkan sejumlah kemungkinan. Fulwier (dalam Aminuddin,
l994) berpendapat bahwa Like students, teacher as learner are unique. Dinyatakan
demikian karena dalam mengendalikan, mengembangkan, sampai ke mengubah bentuk
proses belajar mengajar guru bisa jadi sering dihadapkan pada masalah baru.
Karena itu, guru juga perlu belajar, mengembangkan kreativitas sejalan dengan
kekhasan subyek didik, peristiwa belajar, konteks pembelajaran, maupun
terdapatnya berbagai bentuk perkembangan.
II.II Contoh
Implementasi Prinsip-Prinsip Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD
A.
Contoh
Prinsip Humanisme
Menggunakan Teknik Inkuiri
Kelas: 5-6
Tujuan: Anak dapat mencari informasi
tentang suatu hal
Hasil Pembelajaran: Siswa dapat
melakukan wawancara
Langkah-langkah:
a) Guru
memperdengarkan teks wawancara sebagai contoh
b) Murid-murid
dilibatkan dalam rencana mewawancarai narasumber termasuk menentukan siapa yang
akan diwawancarai dan informasi apa yang ingin mereka ketahui
c) Murid
menyusun pertanyaan untuk wawancara sebelumnya guru merencanakan mengundang
narasumber ke kelas atau sebaliknya murid secara berkelompok mendatangi narasumber
d) Murid
berbagi tugas dalam kelompoknya. Misalnya, pewawancara, penulis, pengamat
e) Setelah
wawancara selesai murid menulis laporan
B.
Contoh
Prinsip Progresivisme
Menggunakan Teknik Diskusi
Kelas: 5-6
Tujuan: Anak dapat mencari penyelesaian
masalah melalui diskusi
Hasil Pembelajaran: Siswa dapat
melaksanakan diskusi
Langkah-langkah:
a) Guru
menyiapkan kartu masalah untuk setiap kelompok. Setiap kelompok siswa
memperoleh satu kartu masalah
b) Guru
membagi siswa atas beberapa kelompok dan menetapkan siapa yang akan menjadi
moderator, dan siapa menjadi penulis
c) Guru
memberi petunjuk cara mereka berdiskusi
d) Murid
membaca kartu masalah. Misalnya, berikut ini:
Murid-murid kelas 5 merasa sedih karena salah seorang temannya
akan berhenti sekolah. Ia akan berhenti sekolah karena harus membantu orang
tuanya mencari uang. Anak itu tinggal bersama adiknya yang masih kecil dan
ibunya yang sedang sakit. Bagaimana cara kamu menolong teman ini?
e) Guru
mendampingi murid-murid dalam diskusi. Biarkan mereka bertanya jawab dengan
aktif. Berikan dorongan kepada siswa yang pasif berbicara
f) Murid
mengakhiri diskusi dan menuliskan jawaban masalah
g) Setiap
kelompok ditugaskan melaporkan hasil diskusi
h) Guru
mengakhiri kegiatan dengan member penegasan dan kesimpulan serta penguatan
berupa pujian dan pengarahan
C.
Contoh
Prinsip Kontruksionisme
Menggunakan Teknik Sosiodrama dan
Bermain Peran
Kelas:
5-6
Tujuan:
Anak dapat mengembangkan kreativitas dalam berekspresi serta memahami,
mengerti, dan menghargai perbedaan pendapat serta perasaan orang lain.
Hasil
Pembelajaran: Siswa dapat bermain peran
Langkah-langkah:
a) Tugaskan
setiap kelompok memerankan dua orang tokoh. Misalnya, ibu dan anak ketika
member nasihat (dapat menggunakan sandiwara boneka masing-masing peran
menggunakan boneka)
b) Salah
satu kelompok memerankannya di depan kelas, murid-murid lain menanggapi
c) Guru
member tanggapan terhadap hasil kegiatan bermain peran atau sandiwara boneka
(Bermain peran ini tidak selalu dalam bentuk
akting tetapi dapat juga dalam bentuk debat atau improviasasi)
II.III Landasan
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Di sekolah dasar, landasan pembelajaran bahasa Indonesia
ditelusuri melalui landasan formal yang berupa kurikulum, landasan
filosofis-ideal yang berupa wawasan teoritik-konseptual, dan landasan
operasional yang berupa buku teks bahasa Indonesia.
a.
Landasan Formal
Landasan formal dalam meningkatkan kemampuan
baca-tulis di Sekolah Dasar adalah kurikulum bahasa Indonesia. Tujuan
pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar secara umum mengacu pada kemampuan
memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta
menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan,
dan keadaan secara lisan ataupun tertulis
Berdasarkan praktik pembelajaran
bahasa di kelas, Bull (1989) memilah rancangan kurikulum bahasa atas dasar
proses dan isi. Orientasi isi didasarkan pada sesuatu yang diajarkan, materi,
atau butir-butir pembelajaran. Sedangkan orientasi proses berkaitan dengan
deskripsi prosedural tentang bagaimanakah butir-butir pembelajaran tersebut
disajikan. Dalam implementasinya, kedua orientasi ini memiliki tiga pola
diantaranya yaitu:
(1) orientasi
kaya proses, tetapi terbatas isi,
(2) orientasi proses terbatas, tetapi kaya isi,
(3) orientasi proses yang kaya dengan isi yang kaya
pula.
Pola pertama dirancang dalam praktik pembelajaran
bahasa yang mengacu pada proses, misalnya proses menulis. Dinyatakan demikian
sebab dalam proses menulis, fokus pembelajaran ditekankan pada pada bagaimana
siswa berproses menulis secara aktif dan interaktif sehingga menghasilkan
sebuah tulisn. Proses yang ditempuh dengan baik akan menghasilkan produk
tulisan yang baik pula.
Dalam pola yang kedua, pembelajaran bahasa
dilaksanakan dengan bertolak dari membaca area isi pembelajaran. Dengan cara
ini siswa memanfaatkan kegiatan belajar bahasa untuk sekaligus mempelajari mata
pelajaran lain. Demikian juga dalam praktik pembelajaran bahasa lintas
kurikulum, melalui tema tertentu pembelajaran kiat berbahasa dijadikan sebagai
landas tumpu untuk mempelajari area isi dari mata pelajaran lain.
Praktik pembelajaran bahasa dengan pola ketiga mengacu
pada pelaksanaan pembelajaran bahasa yang mengacu pada sastra anak (literature
based). Realisasi dari pola pembelajaran ini didasarkan pada pemahaman
siswa berkaitan dengan sastra anak yang dijadikan landasan tumpu pembelajaran
tersebut. Bull (1089) menegaskan bahwa rancangan kurikulum atas dasar literature
based berpotensi untuk terlaksananya pembelajaran yang kaya proses dengan
isi yang kaya pula. Atau sebaliknya proses terbatas dan isi terbatas pula.
Berdasarkan paparan di atas, kurikulum mata pelajaran
bahasa Indonesia mestinya berorientasi pada proses dan isi secara proposional,
yang dirancang untuk pola pembelajaran yang kaya proses dan isi. Untuk itu,
peran guru sangatlah penting terutama dalam pemilihan metode pengajaran yang
tepat dan beragam sesuai tujuan. Berdasarkan rancangan kurikulum tersebut maka
pembelajaran bahasa Indonesia akan didasarkan pada pendekatan komunikatif
dengan pola penataan bahan tematis, proses pembelajaran yang dilaksanakan
secara integratif dengan mengaktifkan proses belajar siswa.
b. Landasan Teoritik-Konseptual
Landasan teoritik-konseptual merupakan sejumlah
pendekatan yang melandasi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Pendekatan
yang dimaksud adalah pendekatan komunikatif yang dijiwai teori fungsionalisme,
pendekatan tematis-integratif, dan pendekatan proses. Dikemukakan dalam GBPP
Bahasa Indonesia SD bahwa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Oleh
karena itu, belajar bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi lisan maupun tulis dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar.
Pembentukan kompetensi komunikasi harus
didukung oleh empat kompetensi lain, yakni kompetensi gramatika,
sosiolinguistik, kewacanaan, dan srategi komunikasi. Dalam upaya pencapaian
kompetensi komunikatif, bahan pembelajaran ditata secara tematis dengan KBM
yang bersifat integratif. Dengan bahan yang berancangan tematis, titik tolak
pembelajaran adalah tema. Tema ini merupakan payung pemersatu pembelajaran dan
bukanlah tujuan melainkan sarana penersatu kegiatam berbahasa (Depdikbud,
1994:10).
Sebagai unsur pengikat, tema dan topik diarahkan untuk
membentuk keterampilan berbahasa secara terpadu. Keterpaduan itu menyangkut
keterpaduan antara materi bahasa Indonesia dalam pengajaran bahasa Indonesia,
serta keterpaduan antara pengajaran bahasa Indonesia dengan materi mata
pelajaran yang lain. Mengacu pada keterpaduan yang sama, satu tema dapat
digunakan untuk mengembangkan dua keterampilan berbahasa atau lebih, sekaligus
memadukan sejumlah aspek kebahasaan, misalnya struktur dan kosakata.
c. Landasan Operasional
Dalam praktik pembelajaran bahasa Indonesia peranan
buku teks sebagai salah satu sumber pembelajaran sangatlah penting, karena buku
teks disikapi sebagai satu-satunya informasi yang bersifat instan. Padahal
seharusnya diseleksi, dianalisis, dan dibandingkan dengan butir-butir
pembelajaran serta hasil jabaran pembelajaran yang ada di kurikulum sehingga
ada keterkaitan dengan proses hasil belajar.
Dari segi proses pembelajaran, butir-butir isi
pembelajaran harus ditata secara utuh, runtut, dan berkesinambungan. Untuk itu
misalnya butir-butir pembelajaran menulis yang terdapat dalam buku teks
dipadukan dengan butir-butir pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum.
Pemaduan tersebut akan menghasilkan sekuensi tataan isi pembelajaran yang menyiratkan
proses pembelajarannya.
BAB
III
KESIMPULAN
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan
mengacu pada wawasan pembelajaran yang dilandasi berbagai prinsip.
Prinsip-prinsip pengembangan
pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari prinsip humanisme, prinsip progresivme, dan prinsip rekonstruksionisme. Selain prinsip-prinsip
tersebut, ada juga landasan pembelajaran bahasa Indonesia yang terdiri dari landasan
formal yang berupa kurikulum pelajaran, landasan filosofis-ideal yang berupa
wawasan teoritik-konseptual, dan landasan operasional yang berupa buku teks
bahasa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Resmini, Novi, dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press.
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
BalasHapus-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!