Rabu, 13 Juli 2016

makalah sastra pujangga baru



“SASTRA ANGKATAN PUJANGGA BARU”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teori dan Sejarah Sastra
MAKALAH


Description: F:\images a.jpg

Dosen pengampu: Aulia Akbar, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Putri Wulansari P.       ( 0371 12 154 )
Rizky Mutakin            ( 0371 12 216 )
Taufik Yusuf               ( 0371 12 284 )
IV/J



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2014


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kekhadirat Allah SWT, sebab berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebahasaan. Judul makalah yang akan kami bahas yaitu “Sastra Angkatan Pujangga Baru”.
            Kepada para pembaca kami ucapkan selamat membaca. Manfaatkanlah laporan ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa laporan ini masih memerlukan banyak sekali perbaikan. Kami berharap kepada para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk bisa menyelesaikan tugas selanjutnya agar lebih baik lagi.

                                                                                                Bogor,   Juni 2014


                                                                                                Penyusun











i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii
BAB I   PENDAHULUAN
  1.1 Latar Belakang…………………………………………………….1
  1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...2
  1.3 Tujuan…………………………………………………………… 2
BAB II  PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Munculnya Periode Angkatan Pujangga Baru…………… 3
2.2 Karakteristik Periode Angkatan Pujangga Baru……………………4
2.3 Sumbangan Pujangga Baru dalam Perkembangan Sastra Indonesia.7
2.4 Tokoh Periode Angkatan Pujangga Baru…………………………...8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….17
3.2 Saran………………………………………………………………...18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………19           








ii
BAB I
PENDAHULUAN

1 .1 Latar Belakang
Kesusastraan Indonesia artinya semua hal yang meliputi sastra Indonesia.Sejak lahirnya (1920) sampai sekarang (1990), kesusastraan Indonesia modern selalu berkembang. Dengan demikian, hal ini membuat adanya persambungan sejarah sastra Indonesia, baik dalam rangka prosa maupun puisi. Sampai sekarang, yang merupakan sajak Indonesia modern yang pertama adalah sajak “Tanah Air” yang ditulis oleh M. Jamin (Muhammad Yamin), terdapat dalam Jong Sumatra No.4, Tahun III, April 1920. sebuah karya sastra itu sesungguhnya merupakan response terhadap karya sebelumnya (Riffaterre via Teeuw, 1983:65), baik berupa tanggapan atau penyambutan yang bersifat penerusan konvensi maupun penyimpangan konvensi yang telah ada. Seorang penyair menulis puisi berdasarkan konvensi-konvensi puisi sebelumnya, tetapi sekaligus juga sering menyimpangi konvensi yang telah ada ataupun norma puisi sebelumnya. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teeuw, 1980:11). Demikian juga karya sastra itu merupakan tegangan antara konvensi dan inovasi (Teeuw, 1983:4,11). Dipandang dari hal tersebut itu, sajak Muhammad Yamin merupakan response terhadap sajak-sajak yang telah ada, baik berupa penentangan ataupun penyimpangan terhadap norma-norma karya sastra sebelumnya. Sebelum Muhammad Yamin menulis sajak “Tanah Air” itu, di Indonesia sudah ada Sastra Melayu Lama. Adanya respon Muhammad Yamin tentang penyimpangan norma-norma yang tradisional atau konvensional yang pada akhirnya membuat Muhammad Yamin membentuk kelompok penyair sezaman atau seperiode dan pada akhirnya membentuk sebuah angkatan sastra atau periode sastra yang kemudian terkenal dengan periode Angakatan Pujangga Baru (1933-1942). Untuk lebih jelas mengenai periode Angkatan Pujangga Baru akan diuraikan dalam makalah ini.


1
1.2 Rumusan Masalah

·       Bagaimana sejarah munculnya periode Angkatan Pujangga Baru?
·       Apa saja sumbangan yang diberikan periode Angkatan Pujangga Baru dalam perkembangan sejarah Indonesia?
·       Siapa saja tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru?

1.3 Tujuan
·      Untuk mengetahui sejarah munculnya periode Angkatan Pujangga Baru.
·      Untuk mengetahui karakteristik periode Angkatan Pujangga Baru.
·      Untuk mengetahui sumbangan apa saja yang diberikan periode Angkatan
·      Pujangga Baru dalam perkembangan sejarah Indonesia.
·      Untuk mengetahui tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru.



















2
BAB II
                                                    PEMBAHASAN                  

2.1 Sejarah Munculnya Periode Angkatan Pujangga Baru
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia. Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928. Ikrar Sumpah Pemuda 1928:
1.    Pertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
2.    Kedua Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
3. Ketiga Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, tampak Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Pujangga Baru pada mulanya hanyalah nama sebuah majalah bahasa dan sastra yang mulai diterbitkan pada bulan Juli 1933. Nama majalah inilah yang kemudian dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda pengambil inisiatif penerbitan majalah itu. Majalah tersebut menjadi media pertemuan para penulis muda. Dalam dada para penulis muda hanya ada satu tekad dan modal, yaitu hasrat yang menyala-nyala (antusiasme). Pada tahun itu pula diedarkannya prospectus atau edaran tentang pendapat dan pendirian kesusastraan.



3
Maka terbentuklah perkumpulan sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru. Pujangga Baru merupakan perjuangan untuk memajukan kesusastraan baru Indonesia sebagai Kader Kebudayaan Bangsa Indonesia, yang sesuai dengan jiwa baru bangsa Indonesia. Dengan lahirnya Pujangga Baru dimulailah kesusastraan Indonesia yang sebenarnya, dan kesusastraan Melayu di bumi Indonesia pun berakhirlah. Pujanggapujangganya terdiri atas berbagai suku bangsa yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa perjuangan, bahasa untuk melahirkan perasaan dan pikiran, menuju cita-cita yang luhur yaitu kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Semangat yang mendorong lahirnya Pujangga Baru ialah: Perasaan ingin bebas merdeka, tidak terkungkung dalam melahirkan perasaan, kehendak, dan pendapat menurut gerak sukma dan jiwa masing-masing.

2.2 Karakteristik Periode Angkatan Pujangga Baru
Pujangga Baru merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pengarang yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka mempunyai cita-cita yang sama, yaitu membentuk kebudayaan baru, kebudayaan Indonesia. Dalam memajukan kebudayaan, khususnya sastra Indonesia para pengarang menerima pengaruh secara eksternal seperti terlihat dari karya-karya Sutan Takdir Alisyahbana, J.E. Ta Tengkeng ataupun Armyn Pane. Disamping itu pengaruh internal juga cukup kuat, seperti terlihat dalam karyanya Amir Hamzah dan sejumlah pengarang yang lainnya. Sebagai akibat dari pengaruh dari luar dan dalam ini, maka terjadi akulturasi budaya, yaitu pergeseran budaya di bidang sastra. Para pengarang dan penyair yang sebelumnya banyak berfikir soal kedaerahan, sejak jaman Pujangga Baru mulai mengarah pada hal-hal yang bersifat nasional dan universal.
Ciri-ciri karya sastra periode Angkatan Pujangga Baru meliputi dua aspek, yaitu ciri struktur estetik dan ciri ekstra estetik.



4
a. Ciri Struktur Estetik
  Bentuknya teratur rapi, simetris.
  Mempunyai persajakan akhir.
  Banyak menggunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
  Sebagai besar puisi empat seuntai.
  Tiap-tiap barisnya terdiri atas dua periodus dan terdiri atas sebuah gatra
(kesatuan sintaktis)
  Tiap gatranya pada umumnya terdiri atas dua kata.

  Pilihan katanya menggunakan “kata-kata Pujangga”
  Gaya ekpresinya beraliran romantik.
  Gaya sajak Pujangga Baru diafan atau polos, tidak mempergunakan kata-kata kiasan yang bermakna ganda, kata-katanya serebral, hubungan kalimat kalimatnya jelas.
b. Ciri Struktur EkstraEstetik
  Masalahnya bersangkut-paut dengan kehidupan masyarakat kota, seperti
masalah percintaan, masalah individu manusia, dan sebagainya.
  Ide nasionalisme dan cita-cita kebangsaan banyak mengisi sajak-sajak Pujangga Baru.
  Ide keagamaan menonjol.
  Curahan perasaan atau curahan jiwa tampak kuat : kegembiraan, kesedihan, kekecewaan, dan sebgainya.
  Sifat didaktis masih tampak kuat.
Dilihat kedua ciri struktur estetik dan ekstra estetik maka dapat diuraikan secara umum karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga Baru.
1.      Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalahkehidupan kota atau modern. Hal ini dapat kita ketahui pada karya Sanusi Pane yang bejudul “Manusia Baru”, pada karya Sutan Takdir Alisyabana yang berjudul “ Layar Berkembang” dan lain-lainnya.


5
2.      Mengandung nafas kebangsaan atau unsur nasional. Hal ini terlihat dalamkaryanya Asmara Hadi yan berjudul “ Dalam Lingkungan Kawat Berduri”, pada karya Selasih yang berjudul “Pengaruh Keadaan”, dan karya A. Hasmy kumpulan sajak berjudul “ Kawat Berduri”.
3.      Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk dan isi. Adanya kebebasan ini merangsang tumbuhnya keanekaragaman karya sastra, seperti novel, cerpen, puisi, kritik dan esai.
4.      Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
5.      Romantik idealisme menjadi cirinya juga. Dalam melukiskan sesuatu dengan bahasa yang indah-indah, tetapi sering terasa berlebihan.

6.      Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri Belanda, yang kebetulan pada saat itu berkuasa di Indonesia. Pengarang-pengarang Belanda melakukan perubahan terhadap hasil karya pendahulunya, karena dirasakan sudah membeku. Hal seperti ini, dilakukan oleh pengarang Pujangga Baru terhadap beberapa hasil garapan pengarang Balai Pustaka. Dengan demikian, karakter sastra Pujangga Baru memiliki karakteristik yang berbeda dengan Balai Pustaka. Adapun perbedaan antara karya sastra Pujangga Baru dengan Balai Pustaka dapat dilihat dibawah ini.
Balai Pustaka
1. Belum mempunyai cita-cita yang didukung bersama, hanya membuat buku bacaan.
2. Belum ada bentuk esai dan pembagian puisi.
3. belum ada bentuk drama.
4. Berbahasa Melayu.
5. Belum bermutu sastra.
6. Didirikan oleh Belanda.
7. Dipimpin oleh orang Belanda.


6
Pujangga Baru
1. Sudah ada cita-cita yang didukung bersama.
2. Sudah ada bentuk esai, sonata, dan prosa lirik
3. Sudah ada bentuk drama.
4. Berbahasa Indonesia
5. Bermutu sastra.
6. Didirikan oleh bangsa Indonesia.
7. Dipimpin oleh orang Indonesia.
8. Diilhami oleh angkatan 80 di negeri Belanda.

2.3 Sumbangan Pujangga Baru dalam Perkembangan Sastra Indonesia

Problema terpenting yang dimuat dalam majalah Pujangga Baru adalah terbitnya kritik dan esai-esai tentang problemik kebudayaan, pendidikan, kesenian dan sastra. Dalam bidang kebudayaan dan pendidikan terjadi perdebatan yang cukup panjang antara Sutan Takdir Alisyahbana dengan Dr. Sutomo. Di bidang kebudayaan dan seni terjadi perdebatan antara Sutan Takdir Alisyahbana dengan Sanusi Pane.
Dalam hal ini Dr. Sutomo dan Sanusi Pane menolak konsepsi kebudayaan yang disampaikan Sutan Takdir Alisyahbana. Di bidang kesusastraan Syahrir menyatakan sastra Indonesia harus diberikan penilaian kepadanya. Kritik dan esai-esai kebudayaan yang di muat dalam majalah Pujangga Baru dikumpulkan oleh Achdiat Kartamiharja dan diterbitkan pada tahun 1949 dengan judul “ Polemik Kebudayaan “. Sehubungan dengan penerbitan sastra dalam majalah Pujangga Baru, maka dapat dikemukakan beberapa sumbangan dibidang sastra sebagai berikut:
1.      Sumbangan terpenting adalah penyair-penyair Pujangga Baru telah mengadakan pembaharuan di bidang puisi, baik dalam bentuk maupun isinya.
2.      Sumbangan kedua, karangan roman dalam bentuk novel mulai diperkenalkan pengarang, dimana ceritanya sudah mulai dpersoalkan kehidupan modren.
7
3.      Sumbangan ketiga, karangan cerita pendek sudah menghiasi kesusastraan Indonesia. Misalnya, karya Sunan H. S yang berjudul “ Kawan Bergelut”.
4.      Sumbangan keempat, munculnya kritik dan esai-esai kebudayaan. Para penulis telah berani mengemukakan pendapatnya, bagaimana kebudayaan Indobesia di masa akan dating. Bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap tradisi dan pembaharuan di lain pihak.
5.      Sumbangan kelima, yang tidak kalah pentingnya munculnya kritik dan esei tentang kesusastraan Indonesia. Kritik muncul sesudah terbitnya nover “Belenggu”. Jadi hasil cipta sastra bukan lagi sekedar bahan bacaan, tetapi sastra sudah merupakan bagian dari kehidupan.
6.      Sumbangan yang tidak boleh kita lupakan, sastra dalam bentuk drama cukup banyak juga dihasilkan pengarang-pengarang muda. Tema-tema ceritanya diambil dari peristiwa sejarah kebesaran bangsa Indonesia pada masa lampau. Misalnya : Airlangga, Sandhyakalaning Majapahit dan ada juga temanya diambil dari persoalan-persoalan pada zaman Pujangga Baru.
2.4 Tokoh Periode Angkatan Pujangga Baru.
Angkatan Pujangga Baru mempopulerkan jenis puisi yang lazim disebut puisi baru yang meliputi soneta, distikon, kwartrain, dan sebagainya. Penyair yang dipandang paling kuat pada masa Pujangga Baru adalah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin digelari Raja Penyair Pujangga Baru. Ada penyair yang cukup kuat pada masa ini, misalnya : Sanusi Pane, J.E. tatengkeng, Sultan Takdir Ali Syahbana, dan Asmara Hadi. Berikut ini adalah penyair-penyair Angkatan Pujangga Baru :

1. Amir Hamzah
Amir Hamzah dipandang sebagai penyair terbesar pada masa sebelum perang. Oleh karenanya H.B. Jassin menyebutkan sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Dua buah kumpulan puisinya yang terkenal adalah Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941). Sebenarnya puisi-puisi dalam Buah Rindu merupakan karya-karya pada awal kepenyairan Amir Hamzah, namun karena dipandang kurang memiliki kedalaman emosi, puisi-puisi tersebut diterbitkan kemudian.
8
Puisi-puisi yang terkumpul dalam Nyanyi Sunyi lebih menunjukkan hasil karya permulaan dari penyairnya, ketika ia baru mencoba menciptakan puisi.
Di samping kedua karyanya itu, Amir Hamzah juga mengumpulkan sajak-sajak terjemahan. Sajak-sajak yang diterjemahkan itu berasal dari Negara-negara tetangga dan diterbitkan dengan judul Setanggi Timur. Sajak-sajak Amir Hamzah yang terkenal dikumpulkan di dalam Nyanyi Sunyi. Sajak-sajak itu diantaranya “Doa” yaitu :
“Doa”
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samara sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik.
Angina malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang piker, membawa angan ke bawah kursiMu.
Hatiku terang menerima kataMu, bagai bintang memasang lilinNya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihMu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan kataMu, penuhi dadaku dengan, cahayaMu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar galakku rayu.

Demikianlah Amir Hamzah sebagai penyair terbesar pada masa Pujangga Baru. Karena irama puisinya kebanyakan padu, maka H.B. Jassin juga menjulukinya sebagai penyair dewa irama. Amir Hamzah adalah bangsawan dari Langkat yang lahir pada tanggal 28 Februari 1911 (tepatnya di Tanjungpura). Beliau wafat tanggal 19 Maret 1946 dalam “revolusi sosial” di Sumatra Utara. Setelah menamatkan HIS ia melanjutkan MULO di Medan, kemudian AMS di Solo (di sini ia bertemu dengan kekasihnya yang meninggalkan kesan mendalam di hatinya, yakni Ilik Sundari). Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Hakim Tinggi di Jakarta. Percintaannya dengan Ilik Sundari tidak berlanjut karena Amir Hamzah dipanggil pulang ke Langkat dan kemudian dikawinkan dengan putri pamannya serta tidak sempat berjumpa kembali dengan Ilik Sundari.



9
2. Sutan Takdir Alisjahbana
Sutan Takdir Alisjahbana lebih dikenal sebagai tokoh prosawan Angkatan Pujangga Baru daripada tokoh puisi. Prosa-prosanya menjadi salah satu tonggak baru dalam dunia prosa di Indonesia. Gagasan-gagasan Sutan Takdir Alisjahbana yang cemerlang lebih banyak dicetuskan lewat prosa-prosanya daripada lewat puisi-puisinya. Mulai dari Layar Terkembang, Grotta Azzura, sampai dengan Kalah dan Menang, dikemukakan gagasan-gagasan dalam berbagai bidang kehidupan. Puisi-puisi Sutan takdir Alisjahbana dikumpulkan dalam kumpulan puisinya Tebaran Mega. Salah satu puisi adalah “Kembali” yaitu :


“K E M B A L I”
Ketika beta terjaga di dini hari
Melihat ‘alam sepermai ini,
Terasalah beta darah baru
Gembira berdebur di dalam hatiku.
Girang unggas bersuka ria,
Gemilang sekar bermegah warna,
Mega muda bermain di awing,
Kemilau embun menyambut terang.
Hidup, hiduplah jiwa,
Turut gembira turut mencipta
Dalam alam indah jelita
Jalan waktu terlambat tiada,
Siang terkembang malam ‘lah tiba:
Percuma dahlia tiada berbunga.
(St. Takdir Alisyahbana)
Karena idealisme yang menggebu-gebu, seringkali Sutan Takdir Alisjahbana menunjukkan kepada kita emosi yang meluap-luap tidak terkendalikan. Karena tampilnya emosi secara berlebihan, kadang-kadang pengucapan tema menjadi kurang matang. Sebagai contoh adalah puisi “Perjuangan” berikut ini:

10
Perjuangan
Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi.
Tenteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.
Tetapi hidup adalah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar Engaku Tuhanku di dalam dada.


Di dalam puisi di atas, penyair menyindir perkataan tenteram dan damai yang mendalam yang dalam hal ini ditujukan kepada Taman Siswa. Jika kita masih hidup di dunia ini, sebenarnya tidak layak menginginkan tenteram damai itu. Hanya waktu tidur dan matilah kita akan tenteram dan damai. Hidup penuh perjuangan. Kiranya sang penyair sedikit bingung memberikan makna tenteram dan damai ini, karena secara berlebihan ia ingin menolak sikap yang puas terhadap keadaan tenteram dan damai itu.  Apabila kita perhatikan benaar-benar keseluruhan karangan STA, pada umumnya tampak ada beberapa sifat pada karangan-karangan itu :
a.   Karangan itu terutama didorong oleh hasratnya untuk berjuang membawa bangsanya ke arah kemajuan sesuai dengan perkembangan masyarakat modern.
b.   Bahasanya yang digunakan sederhana bersahaja dalam arti mudah dipahami dan meyakinkan.
c.   Sebagian besar karangannya mengandung suasana kegembiraan dan suasana optimisme.




11
3. J.E. Tatengkeng
Penyair yang sajak-sajaknya berisi ratapan duka ini dilahirkan di kolongan Sangihe, Minahasa pada tanggal 19 Oktober 1907 dan meninggal dunia pada tanggal 6 Maret 1968 di Ujung Pandang. Pendidikan yang dilaluinya adalah HKS, HIS di Tahuna, dan kemudian di Pajeti. Tahun 1947 pernah menjabat sebagai Menteri Muda Pengajaran dan kemudian tahun 1949 menjabat sebagai Perdana menteri Negara Indonesia Timur (NTT).
Walaupun pengaruh Angkatan 80-an amat jelas pada J.E. Tetengkeng antara keduanya terlihat adanya perbedaan-perbedaan seperti yang dikemukakan oleh A. Teeuw sebagai berikut :
a.   Jika puisi-puisi Angkatan 80-an umumnya mengandung kemurahan dan kesedihan. Puisi Tatengkeng lebih banyak mengandung suasana kegembiraan.
b.   Pada Angkatan 80-an terdapat pertentangan antara agama dengan umat Kristen. Sedangkan pada J.E. Tatengkeng pertentangan semacam itu tidak ada. J.E. Tatengkeng sebagai penyair memang tidak deduktif, berhubungan dengan perhatiannya yang meliputi berbagai kegiatan. Akan tetapi, dalam deretan pengarang Pujangga Baru ia termasuk penyair yang penting karena memiliki berbagai kekhususan, baik tenttang dirinya maupun puisi-puisinya.

4. Hamidah
Nama sesungguhnya adalah Fatimah Hasan Delais. Ia lahir tahun 1914 dan meninggal pada 8 Mei 1953 di Palrmbang. Ia pengarang wanita pada zaman Pujangga Baru. Namanya menjadi penting karena pengarang dari kaum wanita pada masa itu belum banyak dan karangannya memang mempunyai corak khusus. Salah satu karangannya yang cukup penting adalah berjudul Kehilangan Mustika.






12

5. Armijn Pane
Armijn Pane lahir di Muara, Sipongi, Tapanuli, 18 Agustus 1908. Dalam tulisan-tulisannya ia memakai nama samara yang berbeda-beda antara lain Adinata, A-Jiwa, A.Mada, A.Panji, Empe, dan Kornot. Karangannya meliputi berbagai macam bentuk novel, drama, puisi, cerpen esai dan juga karangan tentang pengetahuan tata bahasa. Salah satu karangannya yangterkenal berjudul Belenggu  (1940).

6. I Gusti Nyoman Putu Tisna (Anak Agung Panji Tisna)

Ia seorang pengarang dari Bali, beragama Hindu, lahir di Singaraja, 8 Februari 1908. Karangannya telah banyak diterbitkan. Sebagian besar karangannya mengambil tema yang berhubungan dengan adat kepercayaan masyarakat Bali dan dengan sendirinya mengambil latar belakang kehidupan di daerah Bali pula. Salah satu karangannya yang terpenting adalah berjudul Sukreni Gadis Bali.

7. Suman Hs. (Hasibuan)
Ia dilahirkan di Bengkalis pada tahun 1904. Suman Hs. Terkenal sebagai pengarang cerita detektif, seperti dalam karangan yang berjudul Mencari Pencuri Anak Perawan. Ia juga menulis beberapa puisi yang dimuat dalam majalal, Panji Pustaka dan Majalah Pujangga Baru. Ciri khas pada semua karangan Suman Hs. yang paling menonjol ialah:
• Bahasa yang digunakan sungguh lancer, hidup dan memiliki perhatian.
• Sifat kejenakaannya terdapat pada hamper semua karangan.
• Semua novelnya mengandung unsure detektif walaupun sifat detektifnya masih sederhana dan orang gampang menebak penyelesaian persoalannya.

8. M.R. Dayoh (Dr. He. Marius Ramis Dayoh)
Karangannya:
- Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (1931)
13
- Pahlawan Minahana (Novel Sejarah 1935) dan lain-lain

9. Asmara Hadi
Nama sebenarnya Abdul Hadi. Nama samarannya Asmara Hadi, H.R. Hadi Ratna, IDIN dan IPIH A. Ia banyak menulis puisi dalam beberapa majalah, tetapi belum ada yang dibukukan tersendiri. Karangannya yang terkenal adalah Di Belakang Kawat Duri.

10. A. Hasymy (M. Ali Hasyim)
Ia pernah jadi Gubernur Aceh tahun 1957. Hampir semua sajaknya bernafaskan Islam dan mengandung unsur nasionalisme. Karangannya: Kisah Seorang Pengembara (Kumpulan Puisi, 1936) Dewan Sajak (Kumpulan Puisi, 1940)

11. Abdul Muis
Abdul Muis lahir pada tahun 1890. Belajar pada HIS (Sekolah Rakyat Belanda) dan Stovis (Sekolah Dokter) sampai tahun 1905, tetapi tidak tamat. Menjadi jurnalis (wartawan) dan menceburkan diri dalam gelanggang polotik. Banyak menyadur dan menterjemahkan juga banyak menulis cerita lama secara singkat. Romannya yang terkenal :

_ Salah Asuhan
_ Pertemuan Jodoh

12. Sanusi Pane
Lahir di Muara Sinongi(tapanuli) tahun 1905. mengunjungi Balai, Sibolga dan Padang. Sudah itu masuk sekolah mulo di padang dan kemudian di Jakarta. Akhirnya masuk kweekschool Gunung sari. Umur 19 tahun dianggat jadi guru pada Kweekscool Gunung Sari, yang kemudian pindah ke Lembang dan menjadi HIK. Juga mengajar di HIK. Negeri di bandung. Akhir tahun 1982 ia pergi ke India untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan Hindu. Kembali dari India ia memimpin majalah Timbul. Tahun 1934 ia memimpin perguruan Rakyat di Bandung dan masuk ke jurnalistik (menjadi jurnalistik).

14
Pindah ke Perguruan Rakyat di Jakarta, kenudian menjadi pemimpin harian kebangunana dan kepala pengarang pada Balai Pustaka. Dalam karangan Sanusi Pane kelihatan 3 pengaruh: barat, India dan Jawa. Pengaruh barat kelihatan dalam Panoaran Cinta dan Madah Kelana dan lakon-lakonnya kelihatan pengaruh India. Ia condong jemistik Hindu.
Pengaruh Jawa terang benar pada pilihan ini beberapa sandiwaranya. Pada Sanusi Pane berbagai-bagai pengaruh tidak menjadi bulat padu, tetapi ia sering kelihatan melompat dari yang satu kepada yang lain, pendudukan Jepang menjadi ketua pusat Krbudayaan Jakarta.
Karangannya :
1. Pancaran Cinta (Prosa- lirik, 1926).
2. Puspa Maga (kumpulan sajak, 1927).
3. Madah Kelana (kumpulan sajak, 1931).
4. Kertajaya (sandiwara 1932).
5. Sandyakala ning Majapahit (sandiwara 1933).
6. Manusia baru ( Sandiwara 1940).
7. Sejarah Indonesia (1942)

13. Mohammad Yamin.

Dilahirkan di Sawah Lunto pada 23-8-1903. jalan sekolahnya agak membelok-belok. Dari sekolah Desa ke HIS, lalu ke Mulo. Dari Mulo masuk sekolah Pertanian lalu dipindah ke Sekolah Dokter Hewan. Kemudian pindah lagi ke AMS. Jogyakarta mencapai samtamat. Akhirnya melanjutkan ke RHS. Dan mencapai gelar MR. Pada th.1932.Di samping pekerjaannya sebagai pengacara dan ornaf pergerakan, ia masih sempat mempelajari secara mendalam bahasa dan sejarah Indonesia serta kebudayaan Timur.waktu muda ia banyak menulis puisi (Soneta terutama). Pada usia tiga puluh ia menulis tonil “menantikan surat dari Raja”(terjemahan karangan R.Tagore 1928), dan Ken Arok dan Ken Dedes “. Setelah umur empat puluhan menulis biofgrafi, misalnya : Gajah Mada, Diponegoro. Berapa kali menjadi menteri. Karangannya yang lain misalnya :

15
1. Tan Malaka (1945).
2. Pantun-pantun sonata-soneta dan sanjak-sanjak bebas antara lain :
a. Gita gembala (kumpulan sonata).
b. Pagi-pagi (Soneta).
c. Gubahan (sonata).
d. Sungguhkan (sanjak bebas).

14. Rustam Effendi
Lahir di Sumatra tahun 1903. sesudah sekolah rendah mengunjungi Kweekschool Bukit tinggi, Hogere Kweekschool (SGA). Bandung, mendapat dan mencapai hoofdaote di negeri Belanda, menjadi anggota Tweede kamer sebagai wakil partai komunis (1936-1946). Mengunjungi Rusia kembali ke Indonesia sesudah keluar dari partai komunis dan menggabungkan diri dengan tan Malaka. Dalam kesusastraan salah seorang kenamaan sebelum Pujangga baru, karena keberaniannya membuat experiment tentang bahasa, malahan dapat dianggap salah seorang perintis jalan untuk puisi sesudah perang dunia ke 2. karangannya tidak mudah difahami, karena penuh dengan kata-kata dialek (yang hanya dipakai di suatu daerah saja) dan exsperimen-experimen bahasa.
Karangan :
1. Percikan Perempuan (kumpulan sajak 1924).
2. Rabasari (drama)
 
15. Ach. Kartamihardja
Lahir tahun 1911 di Bandung. Tamat sekolah Mulo di Bandung, sampai akhir tahun 1939 menjadi employe kebun di Parakan Salak. Awal 1940 jatuh sakit dan di rawat di Cisarun lima bulan lamanya. Ketika itu banyak membaca dan terutama tertarik kepada pengarang-pengarang Nowergia. Waktu itu juga tertarik pada kesusastraan Indonesia dan agama Islam. Menulis sajak dalam majalah Panci Pustakasuara Timur, Pujangga Baru, Panca Raya dan Pembangunan. Semasa Pemerintahan Jepang masuk bekerja pada Pusat Kebudayaan Jakarta, sebagai penterjemah buku-buku Suna. Menjadi sekretaris dari “Angkatan Baru, yaitu kumpulan seniman-seniman yang didirikan oleh Pusat Kebudayaan. Menjadi anggota peibang Pergabungan Usaha Sandiwara Jawa.
Karangannya: Beberapa paham Angkatan 45 (Tinta Mas 1953)
16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Pujangga Baru pada mulanya hanyalah nama sebuah majalah bahasa dan sastra yang mulai diterbitkan pada bulan Juli 1933. Nama majalah inilah yang kemudian dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda. Secara umum karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga Baru.
1. Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau modern.
2. Mengandung nafas kebangsaan atau unsur nasional.
3. Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk dan isi.
4. Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
5. Romantik idealisme, dalam melukiskan sesuatu dengan . bahasa yang indah-indah, tetapi sering terasa berlebihan.
6. Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri Belanda.
Sumbangan yang terpenting dari angkatan Pujangga Baru dalam perkembangan sastra Indonesia adalah pembaharuan di bidang puisi, roman dalam bentuk novel mulai diperkenalkan para pengarang. Di samping itu, tulisan-tulisan dalam bentuk esai dan kritik merupakan sesuatu yang bbaru, yang digunakan untuk memajukan kebudayaan dan sastra Indonesia.
Penyair yang dipandang paling kuat pada masa Pujangga Baru adalah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin digelari Raja Penyair Pujangga Baru. Ada penyair yang cukup kuat pada masa ini, misalnya : Sanusi Pane, J.E. tatengkeng, Sultan Takdir Ali Syahbana, dan Asmara Hadi.

17
3.2 Saran
Apa yang dijelaskan penulis dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan tentang angkatan Pujangga Baru. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi angkatan Pujangga Baru. Khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

























18
DAFTAR PUSTAKA

Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badudu, J.S. 1975. Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Sutresna, Ida Bagus. 2006. Sejarah Sastra Indonesia. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

















19

2 komentar: