“SASTRA
ANGKATAN PUJANGGA BARU”
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teori
dan Sejarah Sastra
MAKALAH
![]() |
Dosen
pengampu: Aulia Akbar, M.Pd.
Disusun
Oleh:
Kelompok 7
Putri Wulansari P.
( 0371 12 154 )
Rizky Mutakin (
0371 12 216 )
Taufik Yusuf ( 0371 12 284 )
IV/J
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS
PAKUAN
BOGOR
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kekhadirat Allah SWT, sebab berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kebahasaan. Judul makalah yang akan kami bahas yaitu “Sastra Angkatan Pujangga Baru”.
Kepada para pembaca kami ucapkan selamat membaca.
Manfaatkanlah laporan ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa laporan
ini masih memerlukan banyak sekali perbaikan. Kami berharap kepada para pembaca
dapat memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk bisa menyelesaikan
tugas selanjutnya agar lebih baik lagi.
Bogor, Juni 2014
Penyusun
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang…………………………………………………….1
1.2
Rumusan
Masalah………………………………………………...2
1.3
Tujuan…………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Munculnya Periode Angkatan Pujangga Baru…………… 3
2.2 Karakteristik Periode Angkatan Pujangga Baru……………………4
2.3 Sumbangan Pujangga Baru dalam Perkembangan Sastra Indonesia.7
2.4 Tokoh Periode Angkatan Pujangga Baru…………………………...8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….17
3.2 Saran………………………………………………………………...18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1 .1 Latar Belakang
Kesusastraan Indonesia artinya semua hal yang
meliputi sastra Indonesia.Sejak lahirnya (1920) sampai sekarang (1990),
kesusastraan Indonesia modern selalu berkembang. Dengan demikian, hal ini
membuat adanya persambungan sejarah sastra Indonesia, baik dalam rangka prosa
maupun puisi. Sampai sekarang, yang merupakan sajak Indonesia modern yang
pertama adalah sajak “Tanah Air” yang ditulis oleh M. Jamin (Muhammad Yamin),
terdapat dalam Jong Sumatra No.4, Tahun III, April 1920. sebuah karya sastra
itu sesungguhnya merupakan response terhadap karya sebelumnya (Riffaterre via
Teeuw, 1983:65), baik berupa tanggapan atau penyambutan yang bersifat penerusan
konvensi maupun penyimpangan konvensi yang telah ada. Seorang penyair menulis
puisi berdasarkan konvensi-konvensi puisi sebelumnya, tetapi sekaligus juga
sering menyimpangi konvensi yang telah ada ataupun norma puisi sebelumnya. Hal
ini mengingat bahwa karya sastra itu tidak lahir dalam kekosongan budaya
(Teeuw, 1980:11). Demikian juga karya sastra itu merupakan tegangan antara
konvensi dan inovasi (Teeuw, 1983:4,11). Dipandang dari hal tersebut itu, sajak
Muhammad Yamin merupakan response terhadap sajak-sajak yang telah ada, baik
berupa penentangan ataupun penyimpangan terhadap norma-norma karya sastra
sebelumnya. Sebelum Muhammad Yamin menulis sajak “Tanah Air” itu, di Indonesia
sudah ada Sastra Melayu Lama. Adanya respon Muhammad Yamin tentang penyimpangan
norma-norma yang tradisional atau konvensional yang pada akhirnya membuat
Muhammad Yamin membentuk kelompok penyair sezaman atau seperiode dan pada
akhirnya membentuk sebuah angkatan sastra atau periode sastra yang kemudian
terkenal dengan periode Angakatan Pujangga Baru (1933-1942). Untuk lebih jelas
mengenai periode Angkatan Pujangga Baru akan diuraikan dalam makalah ini.
1
1.2 Rumusan Masalah
·
Bagaimana sejarah munculnya periode Angkatan Pujangga Baru?
·
Apa saja sumbangan yang diberikan periode Angkatan Pujangga Baru dalam
perkembangan sejarah Indonesia?
·
Siapa saja tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru?
1.3 Tujuan
·
Untuk mengetahui sejarah munculnya periode Angkatan Pujangga Baru.
·
Untuk mengetahui karakteristik periode Angkatan Pujangga Baru.
·
Untuk mengetahui sumbangan apa saja yang diberikan periode Angkatan
·
Pujangga Baru dalam perkembangan sejarah Indonesia.
·
Untuk mengetahui tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Munculnya Periode Angkatan Pujangga Baru
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas
banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut
rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi
"bapak" sastra modern Indonesia. Angkatan Pujangga Baru (1930-1942)
dilatarbelakangi kejadian bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928.
Ikrar Sumpah Pemuda 1928:
1.
Pertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
2.
Kedua Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
3. Ketiga Kami putra dan putri
Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Melihat latar belakang sejarah pada masa
Angkatan Pujangga Baru, tampak Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan
semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam satu bahasa yaitu bahasa
Indonesia.
Pujangga Baru pada mulanya hanyalah nama sebuah
majalah bahasa dan sastra yang mulai diterbitkan
pada bulan Juli 1933. Nama majalah inilah yang kemudian
dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda pengambil inisiatif penerbitan majalah itu. Majalah tersebut menjadi media pertemuan para
penulis muda. Dalam dada para penulis muda hanya ada satu tekad dan modal,
yaitu hasrat yang menyala-nyala (antusiasme). Pada tahun itu pula diedarkannya
prospectus atau edaran tentang pendapat dan pendirian kesusastraan.
3
Maka terbentuklah perkumpulan sastrawan muda
yang menamakan dirinya Pujangga Baru. Pujangga Baru merupakan perjuangan untuk
memajukan kesusastraan baru Indonesia sebagai Kader Kebudayaan Bangsa
Indonesia, yang sesuai dengan jiwa baru bangsa Indonesia. Dengan lahirnya
Pujangga Baru dimulailah kesusastraan Indonesia yang sebenarnya, dan
kesusastraan Melayu di bumi Indonesia pun berakhirlah. Pujanggapujangganya
terdiri atas berbagai suku bangsa yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa perjuangan, bahasa untuk melahirkan perasaan dan pikiran, menuju
cita-cita yang luhur yaitu kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Semangat yang
mendorong lahirnya Pujangga Baru ialah: Perasaan ingin bebas merdeka, tidak
terkungkung dalam melahirkan perasaan, kehendak, dan pendapat menurut gerak
sukma dan jiwa masing-masing.
2.2 Karakteristik Periode Angkatan Pujangga Baru
Pujangga Baru merupakan tempat berkumpulnya sejumlah
pengarang yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan yang
tersebar di seluruh Indonesia. Mereka mempunyai cita-cita
yang sama, yaitu membentuk kebudayaan baru, kebudayaan Indonesia. Dalam
memajukan kebudayaan, khususnya sastra Indonesia para pengarang menerima
pengaruh secara eksternal seperti terlihat dari karya-karya Sutan Takdir
Alisyahbana, J.E. Ta Tengkeng ataupun Armyn Pane. Disamping itu pengaruh
internal juga cukup kuat, seperti terlihat dalam karyanya Amir Hamzah dan
sejumlah pengarang yang lainnya. Sebagai akibat dari pengaruh dari luar dan
dalam ini, maka terjadi akulturasi budaya, yaitu pergeseran budaya di bidang sastra.
Para pengarang dan penyair yang sebelumnya banyak berfikir soal kedaerahan,
sejak jaman Pujangga Baru mulai mengarah pada hal-hal yang bersifat nasional
dan universal.
Ciri-ciri karya sastra periode Angkatan Pujangga
Baru meliputi dua aspek, yaitu ciri struktur estetik dan ciri ekstra estetik.
4
a. Ciri Struktur Estetik
• Bentuknya teratur rapi, simetris.
• Mempunyai persajakan akhir.
• Banyak menggunakan pola sajak
pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
• Sebagai besar puisi empat seuntai.
• Tiap-tiap barisnya terdiri atas
dua periodus dan terdiri atas sebuah gatra
(kesatuan
sintaktis)
• Tiap gatranya pada umumnya terdiri
atas dua kata.
• Pilihan katanya menggunakan
“kata-kata Pujangga”
• Gaya ekpresinya beraliran romantik.
• Gaya sajak Pujangga Baru diafan atau polos,
tidak mempergunakan kata-kata kiasan yang bermakna ganda, kata-katanya
serebral, hubungan kalimat kalimatnya jelas.
b. Ciri Struktur EkstraEstetik
• Masalahnya bersangkut-paut dengan
kehidupan masyarakat kota, seperti
masalah
percintaan, masalah individu manusia, dan sebagainya.
• Ide nasionalisme dan cita-cita
kebangsaan banyak mengisi sajak-sajak Pujangga Baru.
• Ide keagamaan menonjol.
• Curahan perasaan atau curahan jiwa tampak kuat
: kegembiraan, kesedihan, kekecewaan, dan sebgainya.
• Sifat didaktis masih tampak kuat.
Dilihat kedua ciri struktur estetik dan ekstra estetik
maka dapat diuraikan secara umum karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga
Baru.
1.
Tema pokok ceritanya tidak
lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalahkehidupan kota atau modern. Hal
ini dapat kita ketahui pada karya Sanusi Pane yang bejudul “Manusia Baru”, pada
karya Sutan Takdir Alisyabana yang berjudul “ Layar Berkembang” dan
lain-lainnya.
5
2.
Mengandung nafas kebangsaan
atau unsur nasional. Hal ini terlihat dalamkaryanya Asmara Hadi yan berjudul “
Dalam Lingkungan Kawat Berduri”, pada karya Selasih yang berjudul “Pengaruh
Keadaan”, dan karya A. Hasmy kumpulan sajak berjudul “ Kawat Berduri”.
3.
Memiliki kebebasan dalam menentukan
bentuk dan isi. Adanya kebebasan ini merangsang tumbuhnya keanekaragaman karya
sastra, seperti novel, cerpen, puisi, kritik dan esai.
4.
Bahasa sastra Pujangga Baru
adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat
dan ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
5.
Romantik idealisme menjadi
cirinya juga. Dalam melukiskan sesuatu dengan bahasa yang indah-indah, tetapi
sering terasa berlebihan.
6.
Pengaruh asing yang cukup kuat
adalah negeri Belanda, yang kebetulan pada saat itu
berkuasa di Indonesia. Pengarang-pengarang Belanda melakukan perubahan terhadap
hasil karya pendahulunya, karena dirasakan sudah membeku. Hal seperti ini,
dilakukan oleh pengarang Pujangga Baru terhadap beberapa hasil garapan
pengarang Balai Pustaka. Dengan demikian, karakter sastra Pujangga Baru
memiliki karakteristik yang berbeda dengan Balai Pustaka. Adapun perbedaan
antara karya sastra Pujangga Baru dengan Balai Pustaka dapat dilihat dibawah
ini.
Balai Pustaka
1. Belum mempunyai cita-cita yang didukung bersama, hanya membuat buku
bacaan.
2. Belum ada bentuk esai dan pembagian puisi.
3. belum ada bentuk drama.
4. Berbahasa Melayu.
5. Belum bermutu sastra.
6. Didirikan oleh Belanda.
7. Dipimpin oleh orang Belanda.
6
Pujangga Baru
1. Sudah ada cita-cita yang didukung bersama.
2. Sudah ada bentuk esai, sonata, dan prosa lirik
3. Sudah ada bentuk drama.
4. Berbahasa Indonesia
5. Bermutu sastra.
6. Didirikan oleh bangsa Indonesia.
7. Dipimpin oleh orang Indonesia.
8. Diilhami oleh angkatan 80 di negeri Belanda.
2.3 Sumbangan Pujangga Baru dalam
Perkembangan Sastra Indonesia
Problema terpenting yang dimuat dalam majalah
Pujangga Baru adalah terbitnya kritik dan esai-esai tentang problemik
kebudayaan, pendidikan, kesenian dan sastra. Dalam bidang kebudayaan dan
pendidikan terjadi perdebatan yang cukup panjang antara Sutan Takdir
Alisyahbana dengan Dr. Sutomo. Di bidang kebudayaan dan seni terjadi perdebatan
antara Sutan Takdir Alisyahbana dengan Sanusi Pane.
Dalam hal ini Dr. Sutomo dan Sanusi Pane menolak
konsepsi kebudayaan yang disampaikan Sutan Takdir Alisyahbana. Di bidang
kesusastraan Syahrir menyatakan sastra Indonesia harus diberikan penilaian
kepadanya. Kritik dan esai-esai kebudayaan yang di muat dalam majalah Pujangga
Baru dikumpulkan oleh Achdiat Kartamiharja dan diterbitkan pada tahun 1949
dengan judul “ Polemik Kebudayaan “. Sehubungan dengan penerbitan sastra dalam
majalah Pujangga Baru, maka dapat dikemukakan beberapa sumbangan dibidang
sastra sebagai berikut:
1.
Sumbangan terpenting adalah
penyair-penyair Pujangga Baru telah mengadakan pembaharuan di bidang puisi,
baik dalam bentuk maupun isinya.
2.
Sumbangan kedua, karangan
roman dalam bentuk novel mulai diperkenalkan pengarang, dimana ceritanya sudah
mulai dpersoalkan kehidupan modren.
7
3.
Sumbangan ketiga, karangan
cerita pendek sudah menghiasi kesusastraan Indonesia. Misalnya, karya Sunan H.
S yang berjudul “ Kawan Bergelut”.
4.
Sumbangan keempat, munculnya
kritik dan esai-esai kebudayaan. Para penulis telah berani mengemukakan pendapatnya,
bagaimana kebudayaan Indobesia di masa akan dating. Bagaimana seharusnya kita
bersikap terhadap tradisi dan pembaharuan di lain pihak.
5.
Sumbangan kelima, yang tidak
kalah pentingnya munculnya kritik dan esei tentang kesusastraan Indonesia.
Kritik muncul sesudah terbitnya nover “Belenggu”. Jadi hasil cipta sastra bukan
lagi sekedar bahan bacaan, tetapi sastra sudah merupakan bagian dari kehidupan.
6.
Sumbangan yang tidak boleh
kita lupakan, sastra dalam bentuk drama cukup banyak juga dihasilkan pengarang-pengarang
muda. Tema-tema ceritanya diambil dari peristiwa sejarah kebesaran bangsa
Indonesia pada masa lampau. Misalnya : Airlangga, Sandhyakalaning Majapahit dan
ada juga temanya diambil dari persoalan-persoalan pada zaman Pujangga Baru.
2.4 Tokoh Periode Angkatan Pujangga Baru.
Angkatan Pujangga Baru mempopulerkan jenis puisi
yang lazim disebut puisi baru yang meliputi soneta, distikon, kwartrain, dan
sebagainya. Penyair yang dipandang paling kuat pada
masa Pujangga Baru adalah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin digelari Raja
Penyair Pujangga Baru. Ada penyair yang cukup kuat pada masa ini, misalnya :
Sanusi Pane, J.E. tatengkeng, Sultan Takdir Ali Syahbana, dan Asmara Hadi.
Berikut ini adalah penyair-penyair Angkatan Pujangga Baru :
1. Amir Hamzah
Amir Hamzah dipandang sebagai penyair terbesar
pada masa sebelum perang. Oleh karenanya H.B. Jassin menyebutkan sebagai Raja
Penyair Pujangga Baru. Dua buah kumpulan puisinya yang terkenal adalah Nyanyi
Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941). Sebenarnya puisi-puisi dalam Buah
Rindu merupakan karya-karya pada awal kepenyairan Amir Hamzah, namun karena
dipandang kurang memiliki kedalaman emosi, puisi-puisi tersebut diterbitkan
kemudian.
8
Puisi-puisi yang terkumpul dalam Nyanyi Sunyi
lebih menunjukkan hasil karya permulaan dari penyairnya, ketika ia baru
mencoba menciptakan puisi.
Di samping kedua karyanya itu, Amir Hamzah juga
mengumpulkan sajak-sajak terjemahan. Sajak-sajak yang diterjemahkan itu berasal
dari Negara-negara tetangga dan diterbitkan dengan judul Setanggi Timur.
Sajak-sajak Amir Hamzah yang terkenal dikumpulkan di dalam Nyanyi Sunyi.
Sajak-sajak itu diantaranya “Doa” yaitu :
“Doa”
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samara sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah
menghalaukan panas payah terik.
Angina malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang
piker, membawa angan ke bawah kursiMu.
Hatiku terang menerima kataMu, bagai bintang memasang lilinNya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihMu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh,
kekasihku, isi hatiku dengan kataMu, penuhi dadaku dengan, cahayaMu, biar
bersinar mataku sendu, biar berbinar galakku rayu.
Demikianlah Amir Hamzah sebagai penyair terbesar
pada masa Pujangga Baru. Karena irama puisinya kebanyakan padu, maka H.B.
Jassin juga menjulukinya sebagai penyair dewa irama. Amir Hamzah adalah
bangsawan dari Langkat yang lahir pada tanggal 28 Februari 1911 (tepatnya di
Tanjungpura). Beliau wafat tanggal 19 Maret 1946 dalam “revolusi sosial” di
Sumatra Utara. Setelah menamatkan HIS ia melanjutkan MULO di Medan, kemudian
AMS di Solo (di sini ia bertemu dengan kekasihnya yang meninggalkan kesan
mendalam di hatinya, yakni Ilik Sundari). Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah
Hakim Tinggi di Jakarta. Percintaannya dengan Ilik Sundari tidak berlanjut
karena Amir Hamzah dipanggil pulang ke Langkat dan kemudian dikawinkan dengan
putri pamannya serta tidak sempat berjumpa kembali dengan Ilik Sundari.
9
2. Sutan
Takdir Alisjahbana
Sutan Takdir Alisjahbana lebih dikenal sebagai tokoh
prosawan Angkatan Pujangga Baru daripada tokoh puisi. Prosa-prosanya menjadi salah satu tonggak baru dalam dunia prosa di
Indonesia. Gagasan-gagasan Sutan Takdir Alisjahbana yang cemerlang lebih banyak
dicetuskan lewat prosa-prosanya daripada lewat puisi-puisinya. Mulai dari Layar
Terkembang, Grotta Azzura, sampai dengan Kalah dan Menang, dikemukakan
gagasan-gagasan dalam berbagai bidang kehidupan. Puisi-puisi Sutan takdir
Alisjahbana dikumpulkan dalam kumpulan puisinya Tebaran Mega. Salah satu
puisi adalah “Kembali” yaitu :
“K E M B A L I”
Ketika beta terjaga di dini hari
Melihat ‘alam sepermai ini,
Terasalah beta darah baru
Gembira berdebur di dalam hatiku.
Girang unggas bersuka ria,
Gemilang sekar bermegah warna,
Mega muda bermain di awing,
Kemilau embun menyambut terang.
Hidup, hiduplah jiwa,
Turut gembira turut mencipta
Dalam alam indah jelita
Jalan waktu terlambat tiada,
Siang terkembang malam ‘lah tiba:
Percuma dahlia tiada berbunga.
(St. Takdir Alisyahbana)
Karena idealisme yang menggebu-gebu, seringkali
Sutan Takdir Alisjahbana menunjukkan kepada kita emosi yang meluap-luap tidak
terkendalikan. Karena tampilnya emosi secara berlebihan, kadang-kadang
pengucapan tema menjadi kurang matang. Sebagai contoh adalah puisi “Perjuangan”
berikut ini:
10
Perjuangan
Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi.
Tenteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.
Tetapi hidup adalah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar Engaku Tuhanku di dalam dada.
Di dalam puisi di atas, penyair menyindir
perkataan tenteram dan damai yang mendalam yang dalam hal ini ditujukan kepada
Taman Siswa. Jika kita masih hidup di dunia ini, sebenarnya tidak layak
menginginkan tenteram damai itu. Hanya waktu tidur dan matilah kita akan
tenteram dan damai. Hidup penuh perjuangan. Kiranya sang penyair sedikit
bingung memberikan makna tenteram dan damai ini, karena secara berlebihan ia
ingin menolak sikap yang puas terhadap keadaan tenteram dan damai itu. Apabila kita perhatikan benaar-benar
keseluruhan karangan STA, pada umumnya tampak ada beberapa sifat pada
karangan-karangan itu :
a. Karangan itu terutama didorong
oleh hasratnya untuk berjuang membawa bangsanya ke arah kemajuan sesuai dengan
perkembangan masyarakat modern.
b. Bahasanya yang digunakan
sederhana bersahaja dalam arti mudah dipahami dan meyakinkan.
c. Sebagian besar karangannya
mengandung suasana kegembiraan dan suasana optimisme.
11
3. J.E. Tatengkeng
Penyair yang sajak-sajaknya berisi ratapan duka
ini dilahirkan di kolongan Sangihe, Minahasa pada tanggal 19 Oktober 1907 dan
meninggal dunia pada tanggal 6 Maret 1968 di Ujung Pandang. Pendidikan yang
dilaluinya adalah HKS, HIS di Tahuna, dan kemudian di Pajeti. Tahun 1947 pernah
menjabat sebagai Menteri Muda Pengajaran dan kemudian tahun 1949 menjabat
sebagai Perdana menteri Negara Indonesia Timur (NTT).
Walaupun pengaruh Angkatan 80-an amat jelas pada
J.E. Tetengkeng antara keduanya terlihat adanya perbedaan-perbedaan seperti
yang dikemukakan oleh A. Teeuw sebagai berikut :
a. Jika puisi-puisi Angkatan 80-an
umumnya mengandung kemurahan dan kesedihan. Puisi Tatengkeng lebih banyak
mengandung suasana kegembiraan.
b. Pada Angkatan 80-an terdapat
pertentangan antara agama dengan umat Kristen. Sedangkan pada J.E. Tatengkeng
pertentangan semacam itu tidak ada. J.E. Tatengkeng sebagai penyair memang
tidak deduktif, berhubungan dengan perhatiannya yang meliputi berbagai
kegiatan. Akan tetapi, dalam deretan pengarang Pujangga Baru ia termasuk
penyair yang penting karena memiliki berbagai kekhususan, baik tenttang dirinya
maupun puisi-puisinya.
4. Hamidah
Nama sesungguhnya adalah Fatimah Hasan Delais.
Ia lahir tahun 1914 dan meninggal pada 8 Mei 1953 di Palrmbang. Ia pengarang
wanita pada zaman Pujangga Baru. Namanya menjadi penting karena pengarang dari
kaum wanita pada masa itu belum banyak dan karangannya memang mempunyai corak
khusus. Salah satu karangannya yang cukup penting adalah berjudul Kehilangan
Mustika.
12
5. Armijn Pane
Armijn Pane lahir di Muara, Sipongi, Tapanuli, 18
Agustus 1908. Dalam tulisan-tulisannya ia memakai nama samara yang berbeda-beda
antara lain Adinata, A-Jiwa, A.Mada, A.Panji, Empe, dan Kornot. Karangannya
meliputi berbagai macam bentuk novel, drama, puisi, cerpen esai dan juga
karangan tentang pengetahuan tata bahasa. Salah satu karangannya yangterkenal
berjudul Belenggu (1940).
6. I Gusti Nyoman Putu Tisna (Anak Agung Panji Tisna)
Ia seorang pengarang dari
Bali, beragama Hindu, lahir di Singaraja, 8 Februari 1908. Karangannya telah
banyak diterbitkan. Sebagian besar karangannya mengambil tema yang berhubungan
dengan adat kepercayaan masyarakat Bali dan dengan sendirinya mengambil latar
belakang kehidupan di daerah Bali pula. Salah satu karangannya yang terpenting
adalah berjudul Sukreni Gadis Bali.
7. Suman Hs. (Hasibuan)
Ia dilahirkan di Bengkalis pada tahun 1904. Suman Hs. Terkenal sebagai
pengarang cerita detektif, seperti dalam karangan yang berjudul Mencari Pencuri
Anak Perawan. Ia juga menulis beberapa puisi yang dimuat dalam majalal, Panji Pustaka
dan Majalah Pujangga Baru. Ciri khas pada semua karangan Suman Hs. yang paling
menonjol ialah:
• Bahasa yang digunakan sungguh lancer, hidup dan memiliki perhatian.
• Sifat kejenakaannya terdapat pada hamper semua karangan.
• Semua novelnya mengandung unsure detektif walaupun sifat detektifnya
masih sederhana dan orang gampang menebak penyelesaian persoalannya.
8. M.R. Dayoh (Dr. He. Marius Ramis Dayoh)
Karangannya:
- Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (1931)
13
- Pahlawan Minahana (Novel Sejarah 1935) dan lain-lain
9. Asmara Hadi
Nama sebenarnya Abdul Hadi. Nama samarannya Asmara Hadi, H.R. Hadi Ratna,
IDIN dan IPIH A. Ia banyak menulis puisi dalam beberapa majalah, tetapi belum
ada yang dibukukan tersendiri. Karangannya yang terkenal adalah Di Belakang
Kawat Duri.
10. A. Hasymy (M. Ali Hasyim)
Ia pernah jadi Gubernur Aceh tahun 1957. Hampir semua sajaknya bernafaskan
Islam dan mengandung unsur nasionalisme. Karangannya: Kisah Seorang Pengembara
(Kumpulan Puisi, 1936) Dewan Sajak (Kumpulan Puisi, 1940)
11. Abdul Muis
Abdul Muis lahir pada tahun 1890. Belajar pada HIS (Sekolah Rakyat Belanda)
dan Stovis (Sekolah Dokter) sampai tahun 1905, tetapi tidak tamat. Menjadi
jurnalis (wartawan) dan menceburkan diri dalam gelanggang polotik. Banyak
menyadur dan menterjemahkan juga banyak menulis cerita lama secara singkat.
Romannya yang terkenal :
_ Salah Asuhan
_ Pertemuan Jodoh
12. Sanusi Pane
Lahir di Muara Sinongi(tapanuli) tahun 1905. mengunjungi Balai, Sibolga dan
Padang. Sudah itu masuk sekolah mulo di padang dan kemudian di Jakarta.
Akhirnya masuk kweekschool Gunung sari. Umur 19 tahun dianggat jadi guru pada
Kweekscool Gunung Sari, yang kemudian pindah ke Lembang dan menjadi HIK. Juga
mengajar di HIK. Negeri di bandung. Akhir tahun 1982 ia pergi ke India untuk
menambah pengetahuan tentang kebudayaan Hindu. Kembali dari India ia memimpin
majalah Timbul. Tahun 1934 ia memimpin perguruan Rakyat di Bandung dan masuk ke
jurnalistik (menjadi jurnalistik).
14
Pindah ke Perguruan Rakyat di Jakarta, kenudian menjadi pemimpin harian
kebangunana dan kepala pengarang pada Balai Pustaka. Dalam karangan Sanusi Pane
kelihatan 3 pengaruh: barat, India dan Jawa. Pengaruh barat kelihatan dalam
Panoaran Cinta dan Madah Kelana dan lakon-lakonnya kelihatan pengaruh India. Ia
condong jemistik Hindu.
Pengaruh Jawa terang benar pada pilihan ini beberapa sandiwaranya. Pada
Sanusi Pane berbagai-bagai pengaruh tidak menjadi bulat padu, tetapi ia sering
kelihatan melompat dari yang satu kepada yang lain, pendudukan Jepang menjadi
ketua pusat Krbudayaan Jakarta.
Karangannya :
1. Pancaran Cinta (Prosa- lirik, 1926).
2. Puspa Maga (kumpulan sajak, 1927).
3. Madah Kelana (kumpulan sajak, 1931).
4. Kertajaya (sandiwara 1932).
5. Sandyakala ning Majapahit (sandiwara 1933).
6. Manusia baru ( Sandiwara 1940).
7. Sejarah Indonesia (1942)
13. Mohammad Yamin.
Dilahirkan di Sawah Lunto pada 23-8-1903. jalan
sekolahnya agak membelok-belok. Dari sekolah Desa ke HIS, lalu ke Mulo. Dari Mulo
masuk sekolah Pertanian lalu dipindah ke Sekolah Dokter Hewan. Kemudian pindah
lagi ke AMS. Jogyakarta mencapai samtamat. Akhirnya melanjutkan ke RHS. Dan
mencapai gelar MR. Pada th.1932.Di samping pekerjaannya sebagai pengacara dan
ornaf pergerakan, ia masih sempat mempelajari secara mendalam bahasa dan
sejarah Indonesia serta kebudayaan Timur.waktu muda ia banyak menulis puisi
(Soneta terutama). Pada usia tiga puluh ia
menulis tonil “menantikan surat dari Raja”(terjemahan karangan R.Tagore 1928),
dan Ken Arok dan Ken Dedes “. Setelah umur empat puluhan menulis biofgrafi,
misalnya : Gajah Mada, Diponegoro. Berapa kali menjadi menteri. Karangannya
yang lain misalnya :
15
1. Tan
Malaka (1945).
2.
Pantun-pantun sonata-soneta dan sanjak-sanjak bebas antara lain :
a. Gita
gembala (kumpulan sonata).
b. Pagi-pagi
(Soneta).
c. Gubahan
(sonata).
d.
Sungguhkan (sanjak bebas).
14. Rustam Effendi
Lahir di Sumatra tahun 1903. sesudah sekolah rendah mengunjungi Kweekschool
Bukit tinggi, Hogere Kweekschool (SGA). Bandung, mendapat dan mencapai
hoofdaote di negeri Belanda, menjadi anggota Tweede kamer sebagai wakil partai
komunis (1936-1946). Mengunjungi Rusia kembali ke Indonesia sesudah keluar dari
partai komunis dan menggabungkan diri dengan tan Malaka. Dalam kesusastraan
salah seorang kenamaan sebelum Pujangga baru, karena keberaniannya membuat
experiment tentang bahasa, malahan dapat dianggap salah seorang perintis jalan
untuk puisi sesudah perang dunia ke 2. karangannya tidak mudah difahami, karena
penuh dengan kata-kata dialek (yang hanya dipakai di suatu daerah saja) dan
exsperimen-experimen bahasa.
Karangan :
1. Percikan
Perempuan (kumpulan sajak 1924).
2. Rabasari
(drama)
15. Ach. Kartamihardja
Lahir tahun 1911 di Bandung. Tamat sekolah Mulo di Bandung, sampai akhir
tahun 1939 menjadi employe kebun di Parakan Salak. Awal 1940 jatuh sakit dan di
rawat di Cisarun lima bulan lamanya. Ketika itu banyak membaca dan terutama
tertarik kepada pengarang-pengarang Nowergia. Waktu itu juga tertarik pada
kesusastraan Indonesia dan agama Islam. Menulis sajak dalam majalah Panci
Pustakasuara Timur, Pujangga Baru, Panca Raya dan Pembangunan. Semasa
Pemerintahan Jepang masuk bekerja pada Pusat Kebudayaan Jakarta, sebagai
penterjemah buku-buku Suna. Menjadi sekretaris dari “Angkatan Baru, yaitu
kumpulan seniman-seniman yang didirikan oleh Pusat Kebudayaan. Menjadi anggota
peibang Pergabungan Usaha Sandiwara Jawa.
Karangannya: Beberapa paham Angkatan 45 (Tinta Mas 1953)
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas
banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut
rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Pujangga
Baru pada mulanya hanyalah nama sebuah majalah bahasa dan sastra yang mulai
diterbitkan pada bulan Juli 1933. Nama majalah inilah yang kemudian dipakai
untuk menamai segolongan pujangga muda. Secara umum karaterisrik dari periode
Angkatan Pujangga Baru.
1. Tema pokok ceritanya tidak lagi
berkisar pada masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau modern.
2. Mengandung nafas kebangsaan atau
unsur nasional.
3. Memiliki kebebasan dalam
menentukan bentuk dan isi.
4. Bahasa sastra Pujangga Baru adalah
bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan
ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
5. Romantik idealisme, dalam
melukiskan sesuatu dengan . bahasa yang indah-indah, tetapi sering terasa
berlebihan.
6. Pengaruh asing yang cukup kuat
adalah negeri Belanda.
Sumbangan yang terpenting dari angkatan Pujangga
Baru dalam perkembangan sastra Indonesia adalah pembaharuan di bidang puisi,
roman dalam bentuk novel mulai diperkenalkan para pengarang. Di samping itu,
tulisan-tulisan dalam bentuk esai dan kritik merupakan sesuatu yang bbaru, yang
digunakan untuk memajukan kebudayaan dan sastra Indonesia.
Penyair yang dipandang paling kuat pada masa Pujangga
Baru adalah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin digelari Raja Penyair Pujangga
Baru. Ada penyair yang cukup kuat pada masa ini, misalnya : Sanusi Pane, J.E.
tatengkeng, Sultan Takdir Ali Syahbana, dan Asmara Hadi.
17
3.2 Saran
Apa yang dijelaskan penulis dalam makalah hanya
sedikit tentang penjelasan tentang angkatan Pujangga Baru. Oleh karena itu,
bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain
yang berhubungan dengan materi angkatan Pujangga Baru. Khususnya mahasiswa
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
18
DAFTAR PUSTAKA
Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori
Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badudu, J.S. 1975. Sari Kesusastraan
Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Sutresna, Ida Bagus. 2006. Sejarah Sastra
Indonesia. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
19
karya sastra sangat baik dikaji
BalasHapuskunjungan juga dong ke blog saya www.belajarbahasaasing.com
BalasHapus